Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biar Mudah Dapat Beasiswa di Luar Negeri, Ini 3 Tips dari Dosen UB

Kompas.com - 20/03/2022, 13:59 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banyak beasiswa mulai dari S1 hingga S3 di luar negeri yang ditawarkan banyak institusi.

Baik institusi pemerintah, maupun swasta. Banyaknya beasiswa dari berbagai negara, tentu memancing minat para pelajar untuk mengemban ilmu di luar negeri.

Meski begitu, tingkat persaingan beasiswa di luar negeri cukup ketat karena peminatnya dari berbagai negara.

Agar bisa tembus mendapatkan beasiswa, ada cara khusus yang dibagikan dosen Hubungan Internasional Universitas Brawijaya, Pantri Muthriana Erza Killian.

Ia sendiri menyelesaikan kuliah magister dan doktornya di luar negeri dengan akses beasiswa. Dia menyelesaikan kuliah magister di International Economics and Finance, University of Queensland Australia.

Baca juga: Djarum Beasiswa Plus 2022 untuk Mahasiswa D4/S1, Ini Syarat Lengkap

Sementara gelar doktor dia dapat di Politics and International Studies, University of Leeds Inggris. Dari pengalamannya, ia berbagi cara mendapatkan beasiswa

Lalu bagaimana agar aplikasi beasiswa kuliah luar negeri kita dapat diterima, berikut tiga tipsnya.

Menentukan substansi studi

Dalam menentukan substansi studi, Erza Killian menyarankan dua hal. Pertama menentukan topik penelitian yang akan diambil dan menyusun daftar supervisor potensial terutama bagi yang melemar beasiswa untuk doktor. Sementara untuk magister, topik penelitian akan berguna saat penyusunan tesis.

“Untuk topik penelitian yang akan diambil ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu originality, feasibility dan community," ucapnya, dilansir dari laman Universitas Brawijaya (UB).

Baca juga: 4 Kiat Tembus Beasiswa IISMA 2022 dari Ditjen Dikti

Untuk originality, Erza menyarankan topik penelitian yang diambil sebaiknya mempunyai kontribusi empiris atau teoritis atau bahkan keduanya.

“Cari juga apakah ada elemen kebaruan dari topik penelitian yang diambil,” paparnya.

Kemudian untuk aspek feasibility, Erza menilai penelitian yang akan dilakukan harus memperhatikan apakah penelitian bisa dikerjakan dalam durasi yang telah ditentukan.

“Adakah data dan utamanya bisa diakses datanya. Dan tentu yang terakhir adalah soal pendanaan penelitian,” tuturnya.

Kemudian yang ketiga adalah community. Erza mengungkapkan pada aspek ini bisa memperhatikan komunitas peneliti siapa yang ingin diajak berdialog dan keahlian apa yang akan dibangun.

Memilih negara dan kampus tujuan

Untuk aspek ini, Erza menyebut ada empat hal yang harus diperhatikan yaitu sistem pendidikan, sistem pendukung, jaringan alumni dan alasan pragmatis. Untuk sistem pendidikan, Erza menganggap sebelum mendaftar beasiswa harus paham lebih dulu berapa lama durasi kuliahnya.

“Seperti saya dulu saat magister ada pilihan di Australia atau Inggris. Tapi saya pilih Australia karena durasinya lebih lama karena dulu saya ingin studi lebih lama di luar negeri,” tuturnya.

Baca juga: British Council Buka Beasiswa S2 Penuh Bidang STEM untuk Perempuan

Rangking kampus yang akan dituju juga penting. “Termasuk sistem pembimbingan seperti apa harus diperhatikan,” imbuh Erza.

Kemudian untuk support system atau sistem pendukung, Erza menyarankan pendaftar beasiswa juga memperhatikan bagaimana gaya hidup di negara yang dituju dan juga dukungan kampus untuk mahasiswa internasional.

Selanjutnya untuk jaringan alumni menurut Erza juga sangat penting. “Kekuatan alumninya seperti apa, kemudian prospek kerjasama ke depan termasuk jejaring keilmuannya,” katanya.

Sementara untuk alasan pragmatis, Erza menyatakan ada tiga hal yang juga harus diperhatikan. Pertama nilai TOEFL/IELTS kemudian biaya hidup dan terakhir aksesibilitas di negara atau kampus tersebut.

Memilih beasiswa

Ada empat hal menurut Ezra yang harus diperhatikan dalam memilih beasiswa. Pertama fasilitas dari beasiswa yang didapat.

“Pastikan beasiswanya full atau parsial. Apakah ada dana riset termasuk apakah dana tunjangan untuk keluarga,” tuturnya.

Kedua dalam memilih beasiswa adalah perhatikan syarat umum yang ditetapkan. “Berapa syarat IPK, berapa juga nilai IELTS atau Toefl yang diinginkan. Termasuk kelengkapan administratif yang lain,” sambung Erza.

Faktor ketiga adalah hak dan kewajiban penerima beasiswa. “Beberapa beasiswa ada kewajiban tambahan misal diminta juga mengajar atau jika sudah lulus apakah harus langsung pulang ke Indonesia atau tidak,” katanya.

Terakhir, jaringan alumni dalam memilih beasiswa juga penting. “Jaringan alumni ini akan mendukung kita selama studi termasuk ketika pasca studi jaringan alumni akan tetap berguna,” papar Erza.

Baca juga: Beasiswa S2-S3 Pemerintah Australia 2022, Kuliah Gratis dan Tunjangan

Dari tiga hal ini, Erza Killian menyarankan semuanya dilakukan bersamaan. Sebab kadang muncul pertanyaan, memilih kampusnya dulu atau memilih beasiswanya dulu.

“Pengalaman saya dilakukan secara bersamaan agar salah satunya tidak tertinggal saat kita harus mempersiapkan hal hal administrasinya,” pungkas dosen HI UB ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com