KOMPAS.com - Bagaimana cara kerja otak saat seseorang menghadapi kematian? Apakah mati otak atau otak tetap bekerja hingga detak jantung melemah? Topik mengenai kematian, kerap menjadi topik yang membuat siapapun bisa penasaran.
Kurnia Kusumastuti, yang merupakan spesialis neurologi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) menjelaskan, hasil alat EEG saat merekam otak seseorang yang sedang dijemput kematian.
Penjelasan Kurnia Kusumastuti tersebut menjadi topik pertama yang diminati pembaca kanal edukasi.kompas.com.
Topik trending kedua, mengenai informasi lowongan kerja. Ada satu perusahaan besar di Indonesia yang membuka lowongan kerja untuk lulusan SMK dan S1.
Baca juga: 16 Kampus Terbaik Indonesia 2022 Versi QS WUR, Ada 3 PTS
Kemudian, berita edukasi.kompas.com yang paling banyak dibaca pada urutan ketiga ialah beasiswa dari Kemendikbud Ristek bagi guru PAUD dan SD.
Beasiswa ini merupakan Program beasiswa Microcredential (Pendidikan non-gelar) bagi para guru untuk bisa mengikuti program dari Monas University.
Program ini merupakan program kerja sama Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Ketiga berita di atas, menjadi topik terpopuler di awal minggu ini, sejak Senin (4/4/2022) hingga Rabu (6/4/2022). Simak rangkumannya:
Kurnia Kusumastuti, yang merupakan spesialis neurologi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) menjelaskan proses otak menjelang kematian.
Caranya, dengan menggunakan alat EEG. Selama alat ini digunakan, akan muncul gelombang otak dan amplitudo serta aktivitas ritmis.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.