Setelah kejadian pengeroyokan tersebut, dia berharap mahasiswa menyampaikan aspirasi dengan ilmu.
Demonstrasi merupakan hak, tetapi, dalam era demokrasi modern ini, akan lebih baik jika menjadikan demonstrasi sebagai alternatif terakhir.
"Menurut saya mahasiswa lebih baik menggelar semacam simposium antar mahasiswa. Para pimpinan BEM bisa berkumpul untuk mengevaluasi situasi bangsa. Outputnya bisa berupa pernyataan sikap yang bisa disebarkan ke media massa, DPR maupun pemerintah," ungkap dia.
Dia mengatakan, demonstrasi bisa menjadi pilihan akhir saat respons pemerintah belum maksimal.
"Apakah ini sudah dilakukan? Jika sudah dilakukan, apakah tidak ada respon dari pemerintah atau DPR? Jika tidak ada maka bisa disebut muncul ketersumbatan channel komunikasi politik. Jika tersumbat maka demonstrasi menjadi pilihan akhir," sambung Rachmat.
Baca juga: Ini 6 Bakal Calon Rektor UB Periode 2022-2027
Dia mengingatkan dalam perspektif komunikasi massa bahwa kerumunan dikenal konsep Contagion Mentale.
"Dalam kerumunan, individu mudah kehilangan kesadaran personalnya dan mudah mengikuti perilaku massa. Di sinilah peran seorang provokator. Jadi mahasiswa saat melakukan demonstrasi harus waspada terhadap provokator karena sangat rentan disusupi," pungkas Rachmat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.