Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal 5 Budaya Khas dari Nusa Tenggara Timur, Apa Saja?

Kompas.com - 01/06/2022, 09:31 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seperti diketahui, Indonesia memiliki banyak sekali kesenian dan kebudayaan. Bahkan di tiap daerah dan provinsi memiliki kebudayaan dan kesenian yang berbeda-beda.

Saat ini kebudayaan asli masih terus dilestarikan oleh masyarakat dan berbagai suku asli di Indonesia.

Salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan budaya adalah Nusa Tenggara Timur (NTT).

Provinsi yang terkenal dengan Pulau Komodo ini memiliki budaya khas mulai dari tradisi kuliner, upacara adat, kesenian, sampai dengan kebahasaan.

Dilansir dari laman Direktorat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Selasa (31/5/2022), membagikan informasi budaya khas dari Nusa Tenggara Timur. Apa saja itu? Yuk, simak 5 budaya khas dari NTT.

Baca juga: 6 Tips Persiapan Masuk Kuliah, Calon Mahasiswa Baru Wajib Tahu

1. Se’i, daging asap khas Rote

Pengasapan adalah salah satu teknik yang telah dilakukan oleh nenek moyang masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mempertahankan kualitas daging sapi.

Se’i adalah salah satu hasil olahan daging sapi dengan cara pengasapan yang merupakan hasil olahan khas dari salah satu kabupaten di wilayah Nusa Tenggara Timur, yaitu kabupaten Rote Ndao.

Se’i berasal dari bahasa daerah Rote, artinya daging yang disayat dalam ukuran kecil memanjang, lalu diasapi dengan bara api sampai matang.

Se’i adalah makanan khas suku Rote yang kemudian merambah selera masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT).

2. Aksara Lota

Tidak banyak yang mengetahui apabila di kawasan Nusa Tenggara Timur, khususnya Kabupaten Ende, Pulau Flores memiliki aksara asli daerah tersebut yang disebut dengan Lota.

Pengguna terbesar aksara Lota di masa lalu yaitu masyarakat etnis Ende yang beragama Islam. Aksara Lota merupakan turunan langsung dari aksara Bugis.

Sejarah mencatat, aksara Lota masuk ke Ende sekitar abad ke-16, semasa Pemerintahan Raja Goa XIV, I Mangngarangi Daeng Manrabia bergelar Sultan Alaudin (1593-1639). Kata Lota berasal dari kata lontar.

Baca juga: Perpustakaan Unand Rilis Aplikasi Bebas Pustaka Online, Ini Manfaatnya

Terdapat 8 aksara Lota Ende yang tidak ada dalam aksara Bugis, yaitu bha, dha, fa, gha, mba, nda, ngga dan rha. Sebaliknya ada 6 aksara Bugis yang tidak terdapat dalam aksara Lota Ende, yaitu ca, ngka, mpa, nra, nyca dan nya.

3. Kesenian tari Bonet

Tari Bonet menjadi salah satu tarian yang selalu hadir dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat komunal yang berkaitan dengan adat istiadat dan tradisi Suku Dawan di Nusa Tenggara Timur.

Tari Bonet dikenal dengan cirinya yang khas yaitu bentuk formasin yang melingkar dan juga penggunaan puisi atau pantun dimana di dalam liriknya mengandung kekayaan khasanah sastra lisan Suku Dawan.

Tarian ini nyaris selalu ada di setiap kegiatan maupun peristiwa adat masyarakat Dawan, seperti upacara kelahiran, pernikahan, kematian, serta upacara pembangunan rumah, permohonan hujan, dan lain sebagainya.

Baca juga: Psikolog UGM: Kenali Gangguan Mental Umum dan Gejalanya

Secara etimologis kata Bonet berasal dari rangkaian kata dalam bahasa Dawan yaitu Na Bonet yang artinya mengepung, mengurung, mengelilingi atau melingkari.

4. Upacara Bijalungu Hiu Paana

Bijalungu hiu paana adalah sebuah upacara adat yang diselenggarakan warga Wanokaka, Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur.

Upacara dilaksanakan setiap akhir Februari. Tanggal pastinya ditentukan para Rato (pemimpin spiritual Marapu) dengan melihat tanda-tanda alam serta berdasarkan perhitungan bulan gelap dan bulan terang. Bijal memiliki makna turun atau pergi.

Sedangkan Hiu Paana adalah nama sebuah hutan kecil. Jadi bijalungu hiu paana berarti pergi ke hutan Hiu Paana.

Baca juga: Cek Rincian Biaya Kuliah Jalur Mandiri S1 Unair 2022

Upacara ini dinamakan Bijalungu Hiu Paana karena puncak upacara yang berpusat di kampung Waigali ini memang dilaksanakan di hutan itu. Tepatnya di sebuah gua kecil tak jauh dari kampung.

Dalam upacara ini masyarakat melakukan tradisi ritual Kabena Kebbo (lempar kerbau) dan ritual Teung (potong kerbau).

5. Ritus Pasola

Pasola adalah upacara ritual masyarakat yang menganut kepercayaan Marapu di Sumba bagian barat untuk merayakan musim tanam padi.

Pasola merupakan bentuk ritual untuk menghormati Marapu, mohon pengampunan, kemakmuran dan untuk hasil panen yang melimpah.

Upacara ini biasanya diselenggarakan dalam bulan Februari di daerah Lamboya dan Kodi, dan pada bulan Maret di daerah Gaura dan Wanukaka. Perayaan puncak mulai 6-8 hari setelah bulan purnama.

Saat itulah pantai bagian selatan menjadi tempat munculnya milyaran cacing nyale yang kecil-kecil. Pemandangan seperti ini menjadi tanda musim pasola dimulai.

Baca juga: Tertarik Masuk Prodi Teknik Mesin ITB? Berikut Ulasan Lengkapnya

Itulah 5 budaya khas dari Nusa Tenggara Timur. Dengan membaca informasi ini juga bisa menambah wawasan betapa kayanya negara Indonesia. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com