KOMPAS.com - Seperti diketahui, Indonesia memiliki banyak sekali kesenian dan kebudayaan. Bahkan di tiap daerah dan provinsi memiliki kebudayaan dan kesenian yang berbeda-beda.
Saat ini kebudayaan asli masih terus dilestarikan oleh masyarakat dan berbagai suku asli di Indonesia.
Salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan budaya adalah Nusa Tenggara Timur (NTT).
Provinsi yang terkenal dengan Pulau Komodo ini memiliki budaya khas mulai dari tradisi kuliner, upacara adat, kesenian, sampai dengan kebahasaan.
Dilansir dari laman Direktorat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Selasa (31/5/2022), membagikan informasi budaya khas dari Nusa Tenggara Timur. Apa saja itu? Yuk, simak 5 budaya khas dari NTT.
Baca juga: 6 Tips Persiapan Masuk Kuliah, Calon Mahasiswa Baru Wajib Tahu
Pengasapan adalah salah satu teknik yang telah dilakukan oleh nenek moyang masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mempertahankan kualitas daging sapi.
Se’i adalah salah satu hasil olahan daging sapi dengan cara pengasapan yang merupakan hasil olahan khas dari salah satu kabupaten di wilayah Nusa Tenggara Timur, yaitu kabupaten Rote Ndao.
Se’i berasal dari bahasa daerah Rote, artinya daging yang disayat dalam ukuran kecil memanjang, lalu diasapi dengan bara api sampai matang.
Se’i adalah makanan khas suku Rote yang kemudian merambah selera masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT).
Tidak banyak yang mengetahui apabila di kawasan Nusa Tenggara Timur, khususnya Kabupaten Ende, Pulau Flores memiliki aksara asli daerah tersebut yang disebut dengan Lota.
Pengguna terbesar aksara Lota di masa lalu yaitu masyarakat etnis Ende yang beragama Islam. Aksara Lota merupakan turunan langsung dari aksara Bugis.
Sejarah mencatat, aksara Lota masuk ke Ende sekitar abad ke-16, semasa Pemerintahan Raja Goa XIV, I Mangngarangi Daeng Manrabia bergelar Sultan Alaudin (1593-1639). Kata Lota berasal dari kata lontar.
Baca juga: Perpustakaan Unand Rilis Aplikasi Bebas Pustaka Online, Ini Manfaatnya
Terdapat 8 aksara Lota Ende yang tidak ada dalam aksara Bugis, yaitu bha, dha, fa, gha, mba, nda, ngga dan rha. Sebaliknya ada 6 aksara Bugis yang tidak terdapat dalam aksara Lota Ende, yaitu ca, ngka, mpa, nra, nyca dan nya.
Tari Bonet menjadi salah satu tarian yang selalu hadir dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat komunal yang berkaitan dengan adat istiadat dan tradisi Suku Dawan di Nusa Tenggara Timur.
Tari Bonet dikenal dengan cirinya yang khas yaitu bentuk formasin yang melingkar dan juga penggunaan puisi atau pantun dimana di dalam liriknya mengandung kekayaan khasanah sastra lisan Suku Dawan.