Menurut Ani, kebutuhan alat dan sarana dalam pembelajaran selama ini begitu membelenggu guru untuk berkreativitas.
Setelah menjadi guru penggerak, pola pikirnya berubah menjadi berbasis aset. Pembelajaran tidak berhenti karena alat dan sarana tidak tersedia, namun setiap aset yang ada di sekitar bisa jadi alat atau sarana pembelajaran.
“Jangan sampai kalau ada masalah yang tidak ketemu solusinya kita berhenti, justru manfaatkan aset yang ada untuk berkreasi,” jelasnya.
Tidak hanya siswa yang dibimbing untuk berdiferensiasi, tetapi juga guru. Untuk proyek penguatan profil pelajar Pancasila, Ani keluar dari jalur basis pendidikannya yaitu matematika, untuk memfasilitasi siswa pada proyek suara demokrasi dan kearifan lokal.
Ani membimbing anak didiknya untuk mengenal bahasa adat di salah satu daerah Sulawesi Selatan yang disebut kelong.
“Saya mengajar matematika, tapi proyeknya bukan sains, karena saya sadar guru juga perlu berdiferensiasi,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.