Nasmur mengatakan, pendidikan guru penggerak dan penerapan kurikulum merdeka di sekolah menjadi dua kebijakan yang selaras dan sejalan.
Menjadi guru penggerak dan menggunakan kurikulum merdeka dirasakan Nasmur memberi sudut pandang baru pada anak.
Baca juga: Kunci Kelancaran Pembelajaran: Komunikasi Guru-Orangtua Harus Dua Arah
Jika biasanya kelas sunyi, sekarang, kata dia, anak-anak berlomba untuk menyampaikan pendapatnya.
“Saya tidak pernah menyangka, anak-anak yang biasanya diam, mengamati, sekarang dengan memerdekakan mereka untuk mencari jawaban atas permasalahan dengan berbagai media, dan menyampaikan dengan media yang sesuai, bisa berbicara dengan sangat baik menyampaikan pemikirannya,” jelas Nasmur.
Pernyataan Nasmur didukung oleh Syahriani Jarimollah, guru penggerak lain di SMPN 7 Makassar.
Guru yang akrab dipanggil Ani ini mengungkapkan bagaimana menjadi guru penggerak mengubah pola pikirnya.
Sembilan bulan pendidikan guru penggerak, membentuknya memahami bagaimana cara memperlakukan murid, teknik membuat anak kembali ke ruang belajar, dan bagaimana membuat orang bergerak bersama tanpa disuruh atau dipaksa.
“Saya sebenarnya memaksa, tapi mereka tidak merasa dipaksa,” ujar guru matematika ini.
Baca juga: Kemendikbud Buka Beasiswa S2-S3 bagi Guru dan Tendik, Segera Daftar
Program guru penggerak yang diterapkan Ani dan Nasmur di SMP N 7 Makassar salah satunya adalah dengan membawa siswa ke luar ruang kelas.
Kegiatan yang disebut outing ini, kata Ani, terbukti mempercepat peningkatan semangat anak untuk kembali belajar setelah dua tahun belajar dari rumah. Anak-anak dibawa untuk mencari ilmu baru di tempat-tempat yang berada di luar sekolah.
“Dibawa ke tempat pembuangan sampah untuk belajar membuat pupuk kompos saja mereka sangat senang,” katanya.
Dalam kurikulum merdeka, 25 persen waktu pembelajaran dilakukan dengan kegiatan di luar kelas atau proyek.
Anak-anak dapat mengerjakan tugas atau proyek dari gurunya dengan mencari tahu langsung di lapangan.
Kegiatan seperti ini, kata Ani, adalah bentuk layanan guru kepada siswa yang diibaratkannya sebagai pelanggan.
“Kami guru ini tidak akan ada kalau tidak ada siswa. Siswa itu pelanggan kami yang harus kami puaskan,” tutur Ani.
Baca juga: Lulusan S1 Mau Jadi Guru? Daftar Pendidikan Profesi Guru Kemendikbud 2022