KOMPAS.com - Guru Besar Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University, Prof. Gunanti berhasil mengembangkan terapi inovatif untuk atasi tumor, penyembuhan tulang hingga jantung.
Sebelum diaplikasikan kepada manusia, Prof. Gunanti sudah menguji terapi ini pada hewan model.
Prof. Gunanti mengatakan bahwa lebih dari 2400 tahun yang lalu, telah diakui bahwa dengan mempelajari hewan, manusia dapat belajar banyak tentang diri tubuh mereka.
Penggunaan hewan model kini telah berkembang pesat pada hampir semua bidang penelitian biomedis. Tidak hanya terbatas pada biologi dasar, namun juga pada bidang imunologi, penyakit menular, onkologi, serta perilaku.
"Penelitian kami dengan menggunakan hewan model dimulai sejak tahun 2002. Kami menggunakan hewan model tikus, kelinci, anjing, domba dan babi dengan berbagai intervensi medis," terang Prof. Gunanti seperti dikutip dari laman IPB, Jumat (12/8/2022).
Baca juga: UGM Luncurkan LSM Focus, Beri Akses Perkuliahan Gratis bagi Publik
Dia menerangkan, dengan penggunaan hewan model, dilakukan penelitian mulai dari rekayasa reproduksi, induksi tumor, transplantasi ginjal, pembuatan defek tulang.
Terapi untuk sepsis, percobaan autotranfusi, hingga yang terbaru yaitu terapi jantung dengan sel punca.
Untuk terapi kasus tumor, Prof. Gunanti dan tim berhasil mengembangkan herbal dari tanaman nusa indah blustru, temu putih dan daun keladi.
Menurutnya, pengujian dilakukan dengan induksi tumor dan terapi herbal secara sistemik kepada kelinci dan mencit. Tumor berhasil diinduksi dengan baik pada mamari kelinci dan kulit mencit.
"Hasil penggunaan terapi herbal menunjukkan bahwa herbal yang diaplikasikan memberikan efek berupa penurunan ukuran tumor, mitosis dan angiogenesis," imbuhnya.
Baca juga: PT Transcosmos Indonesia Buka Lowongan Kerja bagi D3/S1 Fresh Graduate
Dia menuturkan, hasil riset ini merupakan hasil yang membahagiakan bagi tim sekaligus menjadi harapan baru bagi pengembangan terapi herbal pada kasus tumor.
Untuk terapi penyembuhan tulang, pada tahun 2014 Prof. Gunanti mencoba melakukan riset mengenai keterlambatan persembuhan tulang yang diterapi dengan insulin-like growth factor dan estradiol. Hasil riset menunjukkan bahwa kedua sediaan ini mempercepat persembuhan fraktur tulang.
Menurutnya, hasil ini menjadi harapan baru bagi dunia ortopedik. Sehingga bertambah satu lagi terapi alternatif untuk persembuhan tulang.
"Tahun 2013 hingga 2018, kami melakukan riset mengenai pengembangan bahan implant biomaterial scaffold tiga dimensi bifasik kalsium fosfat untuk defek pada tulang dengan bahan dasar cangkang telur dan alginat dari rumput laut yang berlimp jumlahnya di Indonesia," ungkap Prof. Gunanti.
Baca juga: Intip 8 Jurusan Kuliah Paling Banyak Dicari Perusahaan
Pada riset persembuhan tulang Gunanti dan tim menggunakan hewan model kelinci jenis New Zealand White dan domba.