KOMPAS.com - Hingga kini, sampah masih menjadi persoalan pemerintah. Sebab, setiap hari masyarakat selalu menghasilkan sampah.
Jika tidak dikelola dengan baik, maka sampah akan menimbulkan masalah. Seperti limbah berbahaya dan beracun (B3).
Bahkan kini, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) terbesar di Indonesia yakni TPST Bantargebang memiliki luas 110,3 hektare.
Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) mengatakan, kondisi terkini TPST Bantargebang, Bekasi, ketinggiannya telah mencapai 40 meter atau setara dengan gedung 16 lantai.
Baca juga: Webinar UAD: Ini Peluang dan Tantangan Energi Terbarukan Nuklir
Terkait hal itu, salah satu mahasiswa Program Studi (Prodi) Biologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Bagus Dwi Danarko merasa prihatin dengan keadaan tersebut.
Tahu bahwa Pupuk Organik Cair (POC) bisa menjadi solusi, akhirnya ia mencoba menerapkan hal tersebut untuk mengurangi sampah.
Ia memaparkan, POC merupakan larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia, yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur.
"Kelebihan dari pupuk organik ini yakni dapat mengatasi defisiensi hara secara cepat, tidak bermasalah dalam pencucian hara, dan mampu menyediakan hara secara cepat," ujarnya dikutip dari laman UAD, Sabtu (10/9/2022).
Menurut dia, limbah terbagi atas tiga jenis, yaitu limbah organik, anorganik, serta limbah berbahaya dan beracun (B3).
Ia menilai jika limbah yang tidak dikelola dengan baik akan berdampak negatif bagi alam dan manusia.
Baca juga: Tim UAD Teliti Air Hujan di Yogya yang Sudah Tercemar Mikroplastik
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.