Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosok Ilmi, Wisudawan Doktor Termuda ITB Lulus S3 Usia 26 Tahun

Kompas.com - 30/10/2022, 19:00 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

Hal ini karena penelitiannya yang berbasis karakterisasi membutuhkan akses penggunaan laboratorium-laboratorium sentral, sedangkan saat pandemi laboratorium-laboratorium ini ditutup.

Tak mau kehilangan kesempatan, Ilmi memanfaatkan waktunya selama penutupan laboratorium untuk menulis paper review.

Dari kegiatan tersebut ia berhasil menghasilkan paper review yang dipublikasikan di Jurnal Archaelogical and Anthropological Sciences.

Selama belajar di ITB, ia telah menghasilkan 14 paper yang dipublikasikan dalam jurnal nasional maupun internasional dengan 4 paper di antaranya menempatkan Ilmi sebagai penulis pertama.

Setelah pandemi berakhir, Ilmi melanjutkan penelitiannya tentang aspek kimiawi yang berperan dalam perubahan warna pada lukisan prasejarah di bawah bimbingan Prof. Dr. Ismunandar, Prof. Dr. Djulia Onggo, Dr. Pindi Setiawan, dan Dr. Grandprix Thomryes Marth Kadja.

Baca juga: Syarat Skor TOEFL dan IELTS untuk Daftar Beasiswa LPDP 2023, Siap-siap

Penelitian ini dipublikasikan dalam bentuk disertasi yang berjudul “Aspek Kimia pada Diskolorasi Gambar Cadas Maros-Pangkep dan Lembata”.

Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui komposisi pigmen warna yang digunakan dan menentukan strategi konservasi untuk lukisan purba.

“Pembimbing ke-2 saya, Dr. Pindi Setiawan, M.Si., meninggal dunia satu bulan setelah ujian disertasi saya, dan itu menjadi pengalaman menyedihkan selama studi S3.

Semoga saya dapat meneruskan cita-cita beliau untuk melanjutkan penelitian terkait lukisan prasejarah di Indonesia.”

Fokus penelitiannya tersebut juga berhasil mengantarkan Ilmi untuk menjadi pembicara pada European Synchrotron Radiation Facility (ESRF) di Grenoble tahun 2020 lalu.

Dalam acara tersebut Ilmi mempresentasikan hasil penelitiannya terkait analisis sifat fisikokimia pigmen gambar cadas di Situs Karim, Sangkulirang, Kalimantan Timur.

Tak disangka, perannya dalam ESRF 2020 membuahkan kerja sama sehingga ia diberikan kesempatan untuk mengirimkan sampel ke ESRF untuk dianalisis lebih lanjut.

Hal ini tentu saja merupakan pengalaman yang sangat berharga mengingat ESRF merupakan fasilitas penelitian ternama di Eropa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com