Ini ditemukan di kubah Sangiran. Bentuk dan ukuran artefak batu tersebut sangat berbeda dengan temuan dari Kali Baksoko, terdiri dan alat-alat yang relatif berukuran kecil sekali, bahkan di bawah ukuran rata-rata alat-alat serpih yang umum ditemukan.
Temuan-temuan di atas itu kemudian banyak dibicarakan oleh para ahli, karena terjadi perbedaan pendapat mengenai asal usul endapannya. Ada yang menyebutkan berada pada kala Pleistosen Tengah dan ada pula di Pleistosen Akhir.
Di tahun 1992 dan 1995 kembali disorot temuan alat-alat batu serpih Sangiran, karena penggalian yang dilakukan di lapisan Kabuh antara 4,5 dan 9 meter di atas Grenzbank di Ngebung dipastikan dari Kala Pleistosen Tengah.
Penggalian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional bekerjasama dengan MNHN sekitar tahun 1992/1995 mendapatkan alat-alat batu antara lain berupa bola batu, kapak pembelah (cleaver) dan batu pukul dari kuarsa.
Alat batu yang ditemukan terdiri dari batu inti berukuran kecil, bersama serpih kecil dan bilah. Disebutkan juga ditemukannya bola batu dan batu pemukul dari kuarsa.
3. Perkakas batu dari Ngandong
Beberapa peneliti pernah melaporkan adanya temuan peralatan manusia purba dari batu dan tulang yang berasosiasi dengan fosil-fosil manusia. Temuan itu antara lain serut batu ukuran kecil dan serpih kalsedon berbentuk segi tiga.
Laporan lainnya menyebutkan penemuan alat tulang dan tanduk. Sebuah temuan cukup unik juga didapatkan berupa harpun yang bergerigi di kedua sisinya.
Baca juga: Situs Manusia Purba Sangiran, Siswa Yuk Belajar
Penemuan dua alat batu yang oleh Tim Jacob justru berhasil membuktikan bahwa temuan itu berasal dan endapan kerikil dari akhir Kala Pleistosen Tengah yang diperkirakan sejaman dengan lapisan yang menghasilkan fosil tengkorak Homo erectus.
Alat batu yang ditemukan itu berbahan batuan andesit basalt dan diidentifikasi adanya pembulatan. Secara morfologi teknologi alat itu adalah kapak penetak dan serpih yang diretus. Kedua temuan tersebut di atas adalah bukti kuat bahwa Homo erectus Jawa telah membuat alat-alat kerja dan jenis batuan-batuan dengan kekerasan tertentu.
4. Alat batu dari Cabbenge, Sulawesi Selatan
Sampai saat ini memang belum ada kesepakatan dari para ahli, untuk mengelompokkan alat-alat batu yang ditemukan di teras-teras sungai Wallanae, apakah dari kala Pleistosen ataukah Holosen. Hal ini disebabkan masih terbatasnya penelitian yang terkait dengan krono-statigrafi.
Interpretasi terdahulu menyebutkan bahwa alat-alat batu yang berpatinasi dan berasosiasi dengan tulang-tulang fauna diduga kedudukannya pada Kala Pliosen Akhir.
Namun pendapat itu dibantah oleh penelitian geologis yang dilakukan oleh Tim Sartono ketika itu (1976). Kemudian Bastra (1977) memberi dukungan atas alat-alat berpatina yang ditemukan di lapisan kerikil pada teras sungai yang tertinggi, yaitu lebih tua dibanding dengan alat-alat batu Toala yang ditemukan dekat sungai.
Deskripsi Soejono mengenal temuan alat-alat batu Cabengge meliputi serpih kecil tapi tebal, batu inti yang masif, kapak genggam, dan alat batu berbentuk serut berpunggung tinggi tipe Tapal Kuda (horse-hoof type).