2. Kedua, jangan buru-buru dan terlalu gampang melibatkan teman dalam ranah intim kehidupan, seperti urusan pribadi dan keluarga.
Baca juga: Dosen Unesa Ungkap Cara Mencegah Diabetes
3. Ketiga, jauhi “tongkrongan” atau lingkar pertemanan yang memberlakukan persyaratan keanggotaan.
"Misalnya sebelum boleh bergaul dengan teman-teman itu, kita diharuskan membeli dulu barang tertentu. Ini indikator ketoksikan. Maka, hindari berteman dengan mereka," tuturnya.
4. Keempat, bangun dan rawat rasa percaya diri, misalnya dengan melakukan berbagai kegiatan positif yang dapat meningkatkan kualitas hidup di masa kini dan di masa depan.
Selain itu, untuk menangkal toxic friendship, orang tua juga memainkan peran strategis, yaitu menjadikan rumah sebagai “zona nyaman” bagi anak untuk:
Tak kalah penting, komunikasi lancar dua arah juga memungkinkan ayah dan ibu memantau sehat tidaknya pergaulan anak mereka di luar rumah.
Baca juga: Dosen Sejarah Unesa: Ini Akar Persoalan Sepak Bola Indonesia
"Misalnya, kalau cerita si anak tentang teman-temannya mengindikasikan gejala ketoksikan, maka orang tua bisa lekas menyarankan dia melakukan pencegahan dini," terang Nurchayati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.