Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Petisi Kembalikan WFH, Pakar UGM Sarankan Pakai Transportasi Umum

Kompas.com - 06/01/2023, 09:29 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Petisi berjudul "Kembalikan WFH sebab Jalanan Lebih Macet, Polusi, dan Bikin Tidak Produktif" ramai di media sosial. Hingga hari ini, Jumat (6/1/2023), sebanyak 19.627 orang telah menandatangani petisi tersebut.

WFO membuat macet menjadi salah satu hal yang disorot. Kondisi itu mempengaruhi para pekerja menjadi stres dan berdampak pada performa kerja yang kurang optimal.

Pengamat tata rancang kota sekaligus Ketua Pusat Studi Transportasi (Pustral) Universitas Gadjah Mada (UGM), Ikaputra menanggapi persoalan tersebut dari berbagai sisi.

Baca juga: Apakah Minum Suplemen Dapat Merusak Ginjal? Ini Penjelasan Dokter UGM

WFH beri manfaat bagi pekerja kantoran

Menurutnya, petisi yang disampaikan ini cukup logis. Terlebih melihat dari pengalaman saat pandemi Covid-19 banyak pihak terutama pekerja kantoran yang merasakan sejumlah manfaat dengan sistem kerja secara WFH.

Mulai dari efisiensi waktu, penghematan bahan bakar, menekan emisi gas dan polusi akibat penggunaan kendaraan menuju tempat kerja, dan lainnya.

Pemahaman tentang keuntungan penggunaan teknologi komunikasi secara online pun sudah berkembang, terutama bagi para pekerja.

WFH tidak cocok untuk semua jenis pekerjaan

Meski begitu, Ikaputra menerangkan bahwa ada banyak sektor termasuk sektor transportasi yang tidak bergerak dan tidak produktif jika WFH.

“Perlu dipahami ada banyak sektor termasuk transportasi yang tidak bergerak dan tidak produktif terutama yang bekerjanya harus bertatap muka dan memanfaatkan mobilitas, bukan kantoran. Ketika tidak bergerak, di rumah saja, ada banyak orang yang tidak mendapatkan penghasilan,” tuturnya, Kamis (5/1/2022), dalam keterangan resmi UGM.

Baca juga: Dosen FK Unair: Waspadai Gejala Stroke Jika Alami Hal Ini

Ia mengatakan bahwa kebijakan bekerja WFH atau WFO tidak bisa ditetapkan sama rata di setiap sektor.

Pengaturan kebijakan sistem kerja harus dilakukan oleh instansi masing-masing disesuaikan dengan jenis pekerjaan maupun kondisi pegawainya.

Ia mencontohkan di sektor pendidikan. Dari pengalaman mengajar selama pandemi, ia merasakan pembelajaran berjalan kurang efektif dengan WFH menggunakan sistem online.

Ada hal-hal yang tidak tercapai dengan maksimal saat dilakukan secara online seperti interaksi dan diskusi antara dosen dengan mahasiswa.

Namun, saat pembelajaran kembali dilakukan di kampus pembelajaran berlangsung lebih efektif, interaksi berjalan dengan baik sehingga kemampuan mahasiswa berdiskusi sangat tinggi.

“Harus dilihat kalau bisa efisien dan efektif WFH ya silakan, tapi kalau tidak ya kerja di kantor,” terangnya.

Baca juga: 5 Ciri Orang Cerdas Bukan Hanya Dilihat dari IQ, Kamu Punya Ciri-cirinya?

WFH bukan solusi macet

Terkait kemacetan di Ibu Kota karena kembalinya sistem kerja dengan WFO, Ikaputra mengatakan hal tersebut bisa ditekan apabila masyarakat memiliki kesadaran dan kemauan untuk memanfaatkan transportasi publik sebagai wahana transportasi menuju tempat kerja ataupun menjalani aktivitas lainnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com