Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 11/01/2023, 17:00 WIB

KOMPAS.com - Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) baru-baru ini memanfaatkan
Articial Intelligence (AI) buat pengembangan motif batik.

Inovasi AI untuk pengembangan motif batik ini dikembangkan Dosen Program Studi Prodi Informatika Agus Eko Minarno.

Ia menceritakan awal mula menggunakan AI untuk motif batik. Sejak tahun 2012 Agus, sapaan akrabnya konsisten untuk melakukan penelitian motif batik.

Kemudian, saat ia belajar berbagai motif batik, Agus juga tertarik dengan kecanggihan teknologi AI.

Baca juga: Dosen UMM Sebut Makanan yang Dibakar Sebabkan Kanker

AI yang sedang ia kembangkan diharapkan mampu memberikan motif baru. Apalagi di dunia batik ada istilah stagnasi, yaitu kebanyakan motif yang digunakan masih sama.

"Adapun teknologi generative adversarial networks (GANs) yang digunakan, bisa mengembangkan dan bahkan mengombinasikan motif-motif yang ada menjadi motif yang baru," kata Agus dilansir dari laman UMM.

Lebih lanjut ia menjelaskan, nantinya program yang ada akan diberi input agar bisa membuat motif yang diinginkan.

Misalnya, jika ada motif A dan motif B, AI akan mengombinasikan dan menggabungkannya menjadi batik baru yang menarik.

“Dengan GANs, komputer belajar mengidentifikasi motif-motif yang sudah ada dan mengembangkannya menjadi motif yang baru. Ini juga bermanfaat sebagai simulator bagi desainer dalam menggabungkan dan mengkombinasikan motif. Melalui teknologi ini, dalam satu detik dapat menghasilkan sekitar 100 motif baru,” tambahnya.

Baca juga: Apakah Minum Suplemen Dapat Merusak Ginjal? Ini Penjelasan Dokter UGM

 

Penelitian Agus telah sampai pada proses mengumpulkan data set yang nantinya dijadikan buku-buku terkait batik dan filosofinya.

Sampai saat ini ada lebih dari 202 kain batik yang sudah didigitalisasi. Dalam melaksanakan penelitian, ada lebih dari 35 volunteer yang turut membantu.

Ia juga bekerjasama dengan Paguyuban Pecinta Batik Indonesia (PPBI) Sekar Jagad, pengrajin, serta dosen-dosen Prodi Informatika UMM, serta para kolektor.

Dosen yang sedang melanjutkan studi doktoral ini melanjutkan bahwa tantangan yang ia hadapi adalah mengumpulan data set.

Baca juga: Dosen UMM Beri Tips Membangun Rumah Tahan Gempa

Hal itu karena banyak batik klasik yang hanya dimiliki oleh sedikit kolektor.

Maka, kerjasama dengan PPBI menjadi solusi yang bagus untuk mengumpulkan berbagai hal.

“Semoga akan lebih banyak lagi motif batik yang dapat dikumpulkan sehingga batik bisa banyak dikenal dengan mudah. Pun dengan pengembangan AI ini bisa membantu pengusaha dan desainer batik untuk membuat motif-motif baru dan menaikkan angka penjualan,” pungkasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+