KOMPAS.com - Kemampuan berpikir kritis menjadi salah satu kompetensi yang perlu dimiliki anak sejak dini untuk mampu menghadapi tantangan yang kian kompleks. Ada sejumlah cara yang bisa dilakukan orangtua untuk melatih anak berpikir kritis sejak dini.
Kemampuan berpikir kritis yang terus diasah dapat membuat anak tumbuh menjadi “problem solver”, yaitu orang yang jeli dalam melihat berbagai sisi dari sebuah masalah untuk mencari solusinya.
Berikut ini 7 cara melatih anak berpikir kritis sejak dini, rekomendasi Sekolah BPK Penabur:
Baca juga: 6 Tanda Anak Cerdas Secara Emosional dan Cara Mengoptimalkannya
Bertanya merupakan "kunci" terbukanya wawasan anak tentang banyak hal. Banyak hal di dunia ini diciptakan karena berawal dari sebuah pertanyaan.
Dorong anak agar selalu bertanya tentang berbagai hal, mulai dari yang sepele, hingga yang membuatnya sangat penasaran. Hal tersebut akan mengasahnya berpikir kritis.
Kalau anak sudah banyak bertanya, orangtua sebaiknya tidak langsung memberikan jawaban. Kenapa? Karena hal ini akan membuat anak lebih cepat puas.
Alhasil, ia tidak terbiasa berpikir karena selalu mendapatkan jawaban dari rasa keingintahuan mereka.
Baca juga: 7 Tanda Anak Cerdas dan Berpotensi Punya IQ Tinggi
Dibanding memberi jawaban dari setiap pertanyaan, coba ajukan pertanyaan balik.
Bantu anak untuk berpikir kritis dengan kembali memberinya pertanyaan.
Contohnya, saat mereka bertanya tentang sebuah topik, orangtua bisa bertanya pendapat anak lebih dahulu. Kemudian, ajukan lagi pertanyaan tentang opini mereka mengenai pendapat sebelumnya.
Intinya, sering-seringlah libatkan anak dalam diskusi interaktif yang menantangnya untuk berpikir.
Dorong anak mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, seperti lewat buku maupun internet. Tetapi, pastikan mereka juga diberi literasi digital agar mampu menyaring informasi.
Dengan begitu, selain membuatnya jadi kritis, kegiatan ini juga mengasah minat baca anak dan menambah wawasannya.
Baca juga: Jangan Dimarahi, Ada 7 Cara Efektif Hadapi Anak Sulit Diatur
Orangtua tentu ingin membimbing atau mengarahkan sang buah hati dalam melakukan berbagai hal.
Namun, tidak jarang hal ini malah membatasi anak untuk bertindak dengan caranya.