Tahun 2018, Diannita kemudian bergabung menjadi Fasda Pembelajaran Bahasa Indonesia di SDN 2 Sukorejo.
“Setelah bergabung dengan Tanoto Foundation, saya sering ikut pelatihan. Waktu itu saya merasa kaget. Pelatihan di Tanoto Foundation tidak hanya sekedar pelatihan yang lebih banyak teori. Tapi, pelatihan di Tanoto Foundation benar-benar aplikatif, langsung ke praktiknya. Kemudian saya terapkan di kelas. Apalagi saya saat itu merupakan ketua Kelompok Kerja Guru (KKG),” ungkapnya.
Dia pun menjelaskan bagaimana dia belajar konsep Mengalami, Interaksi, Komunikasi dan Refleksi (MIKiR) dari Tanoto Foundation.
“Saya banyak belajar dalam mengikuti pelatihan-pelatihan. Salah satunya adalah Menerapkan MIKiR, jangan terpaku ke buku, bisa out of the box. Saya kemudian menerapkan ke anak-anak saat itu. Menerapkan refleksi, anak-anak ketika selesai pembelajaran kita refleksi bareng-bareng, tidak hanya guru saja. Hasilnya, ada perubahan baik dari siswa dan orang tua. Org tua menjadi peduli pada anak-anaknya karena merasa anaknya jadi senang belajar,” katanya.
Baca juga: Beasiswa Kursus Bahasa Mandarin 2023, Uang Saku Rp 12 Juta Per Bulan
Menurut Diannita, bermula dari pelatihan-pelatihan Tanoto Foundation, dirinya menjadi lebih kreatif. Lebih berpikir out of the box. Hingga dipercaya menjadi kepala sekolah di SDN 1 Kebumen sejak 2021, dirinya mulai mengembangkan metode ini.
“Hasilnya, metode ini membuat siswa mendapatkan pendampingan keterampilan yang mereka inginkan. Pada akhirnya siswa meraih nilai rata-rata keterampilan yang lebih baik. Di sisi guru, selain mengajar akademik, mereka juga mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka dan menyalurkannya ke siswa sesuai dengan ketertarikan,” pungkas Diannita.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.