Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/05/2023, 19:22 WIB
Valencia Putri,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Buku berjudul "Prosa Gerilya" karya Andre Syahreza menjadi pilihan yang menarik bagi mereka yang tertarik dengan sejarah, sastra, dan cerita wisata.

Andre, penulis yang pernah diundang ke Belanda untuk meneliti karya sastra Indonesia, menggunakan gaya penulisan yang unik, pendekatan yang menyegarkan, buah dari pengalamannya di bidang sastra dan majalah wisata.

Wisata, Wacana, Bali

"Prosa Gerilya" mengambil sub judul "Mengurai Kisah Ngurah Rai" yang mengisahkan perjalanan gerilya pahlawan dari Bali dengan pendekatan yang rasional.

Andre berusaha menggambarkan Ngurah Rai sebagai manusia biasa agar lebih relevan bagi pembaca di era milenial.

Baca juga: Rilis Buku Alien, Lee Chanhyuk “AKMU” Dorong Anak Muda Terima Perbedaan

Ia mengajak pembaca menyusuri jalur gerilya yang dilalui oleh I Gusti Ngurah Rai bersama lebih dari 1.500 pejuang di Bali saat mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Buku ini mengalir dengan seru, diselingi wacana-wacana kultural yang memiliki dimensi antropologis, tanpa kehilangan pesonanya sebagai cerita wisata. Karena itu, buku ini juga diberi sub judul tambahan, yaitu "Wisata. Wacana. Bali".

Andre mewawancarai sejumlah saksi sejarah yang masih hidup di desa-desa yang dia kunjungi, serta tokoh-tokoh masyarakat seperti Bupati Badung, Panglima Kodam IX Udayana, dan Wakil Gubernur Bali. 

Dalam wawancaranya, Andre mengatakan bahwa buku ini ditulis dengan semangat eksplorasi yang mencampuradukkan batasan antara deskripsi, narasi, dan argumentasi.

 

 

Ia ingin pembaca menentukan sendiri apakah buku ini termasuk dalam kategori karya sastra, cerita wisata, atau referensi sejarah.

"Buku ini saya tulis dengan semangat eksplorasi yang membaurkan batasan-batasan antara deskripsi, narasi, dan argumentasi. Saya tidak pernah percaya pada pengkotak-kotakan genre penulisan. Nantinya, pembaca akan menentukan sendiri apakah ini sebuah karya sastra, cerita wisata, atau referensi sejarah. Saya berharap, setelah membaca buku ini, kita akan mempertanyakan batasan-batasan itu. Karena yang paling penting adalah bagaimana sebuah buku bisa berkesan bagi pembacanya,” kata Andre.

Baca juga: Kenang dan Peringati 25 Tahun Reformasi, KPG Gelar Nobar Laut Bercerita

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com