KOMPAS.com - Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan yang pesat. Pada era Revolusi Industri 4.0, pesatnya perkembangan teknologi salah satunya ditandai dengan hadirnya kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) yang menawarkan sejumlah solusi.
Perkembangan AI yang kini populer ialah GPT-3, yakni sebuah model bahasa yang dikembangkan oleh OpenAI yang mampu menciptakan gambar dari perintah kata-kata, dan ChatGPT yang mampu memahami instruksi kompleks dan mengingat percakapan.
Guru Besar Ilmu Olahraga Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Prof. Agus Rusdiana menjelaskan, gairah pengembangan AI dimulai setelah John Hopfield dan David Rumelhart berhasil mengenalkan teknik deep learning yang memungkinkan komputer untuk belajar berdasarkan pengalaman.
Baca juga: Jaga Kredibilitas PTN BH, UPI Kerek Pembangunan SDM hingga Infrastruktur
"Teknik ini kemudian diaplikasikan dalam teknologi Expert System yang pertama kali diperkenalkan oleh Edward Feigenbaum, dimana sistem ini dirancang untuk dapat mempelajari semua keputusan yang dilakukan oleh seorang ahli di bidang tertentu. Setelah mempelajarinya, dapat memberikan arahan atau jawaban apabila diberikan pertanyaan permasalahan pada bidang tersebut," ujar Prof. Agus Rusdiana dalam keterangannya.
Teknologi ini pun mendapat tanggapan positif di bidang kesehatan, keuangan, hingga militer karena bisa membantu manusia memecahkan sejumlah persoalan.
Momen monumental pengembangan AI selanjutnya terjadi pada tahun 1997. Pada tahun tersebut, program AI bernama Deep Blue dari IBM Computer berhasil mengalahkan juara dunia catur, Garry Kasparov, dalam sebuah pertandingan catur. Kemenangan Deep Blue ini menuai kehebohan di penjuru dunia karena menyadarkan publik bahwa potensi AI yang luar biasa.
Prof. Agus mengatakan, teknologi AI juga memberikan dampak yang signifikan dalam perkembangan kemajuan olahraga saat ini.
Baca juga: Siapkah Kampus Indonesia Menjadi Kampus Bebas Asap Rokok?
Dalam bidang sport analysis performance dan sport biomechanics misalnya, AI banyak digunakan dalam menganalisis data kinerja atlet, baik selama latihan maupun pertandingan.
"Dengan memanfaatkan sensor, kamera, motion capture system dan perangkat pelacakan, AI dapat mengumpulkan data tentang gerakan, kecepatan, kekuatan, dan teknik atlet. Data ini kemudian dianalisis untuk memberikan wawasan tentang kinerja atlet dan membantu dalam perbaikan teknik dan strategi," tuturnya.
Ia menjelaskan, AI dapat menganalisis data pertandingan dari tim lawan dan memberikan wawasan tentang pola permainan, kelemahan, dan kekuatan mereka.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.