KOMPAS.com - Siswa perlu memiliki sifat disiplin, rajin hingga tekun belajar. Tapi tak menutup kemungkinan, tiap siswa juga punya kebiasaan buruk yang menyebabkan anak usia remaja menjadi malas berangkat sekolah.
Jika siswa memiliki salah satu kebiasaan buruk yang bikin malas berangkat sekolah, hal itu harus langsung dihentikan.
Rajin berangkat sekolah adalah salah satu langkah sederhana yang penting dimiliki siswa untuk meraih masa depan cerah.
Dilansir dari laman Yayasan Sekolah Al Masoem, Sabtu (28/10/2023) menjelaskan kebiasaan buruk yang membuat siswa malas sekolah.
Baca juga: Biaya Kuliah Itenas 2023, Ada Uang DPP hingga UKT
Lantas apa saja kebiasaan buruk siswa yang harus mulai ditinggalkan agar mereka tidak lagi malas berangkat sekolah? Simak informasinya sampai selesai.
1. Tidak bisa mengatur waktu dengan baik
Tidak bisa mengatur waktu dengan baik ternyata menjadi kebiasaan buruk yang pertama dan menyebabkan siswa malas sekolah.
Contohnya pada saat malam hari yang seharusnya digunakan untuk belajar dan beristirahat malah digunakan untuk bermain game, atau menonton anime atau pun drama korea (drakor) kesayangan.
Yang makin membuat kebiasaan tidak bisa mengatur waktu ini makin parah adalah, terkadang orangtua juga tidak memperhatikan jam tidur anak yang akhirnya berpengaruh kepada kurangnya tidur.
Jika seorang siswa sudah memiliki jam tidur kurang, maka kegiatan belajar mengajar jadi tidak ekfekif. Meski kegiatan hiburan bagi siswa penting untuk melepas stres, namun siswa perlu waktu dan sebagai orangtua harus selalu mengingatkan anaknya.
Baca juga: 6 Kegiatan Kampus Bisa Tingkatkan Keterampilan Akademik Mahasiswa
2. Tidak menyukai satu pelajaran atau bahkan guru yang mengajarnya
Kebiasaan buruk selanjutnya yang bikin malas berangkat sekolah adalah tidak suka dengan pelajaran atau guru tertentu.
Kebiasaan ini seharusnya dihentikan. Perlu ada pendekatan ke siswa untuk mengorek alasan mengapa siswa tersebut tidak suka dengan suatu pelajaran atau guru di sekolah tersebut.
Cara bijaksana untuk menanggulangi hal seperti ini adalah membuka beberapa sesi dengan membawa peserta didik yang tidak menyukai pelajaran atau gurunya untuk lebih terbuka.
Ini bisa caranya dengan konsultasi dari wali kelas bersama peserta didik atau juga dengan cara konsultasi dengan konselor sekolah.