Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Wisli, Kenalkan Sepeda Bambu di Turnamen Sepeda Jepang hingga Perancis

Kompas.com - 30/11/2023, 15:00 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

Melalui sepeda bambu, Wisli dan tim mencoba untuk mempromosikan produk bambu sebagai produk yang sustain, inovatif, dan kini bentuk komitmen Indonesia terhadap energi ramah lingkungan. Dari sinilah, Wisli secara tidak langsung dinobatkan sebagai duta sepeda bambu.

“Saya cenderung lebih suka yang unik dan langkah,” tuturnya.

Ikut ajang bergengsi dunia

Di pertengahan tahun 2023, tercetus ide dari Wisli untuk lebih memperkenalkan sepeda bambu lebih luas lagi.

Berbekal keyakinan dan tekad yang kuat, Wisli dan Singgih berhasil bekerja sama dengan Yayasan Bamboo Lingkungan Lestari dan Pertamina melalui kampanye “Kayuh Untuk Bumi”.

Awal perjalanan kampanye ini, Wisli lakukan dengan mengikuti festival Paris-Brest-Paris 2023 di Perancis yang berlangsung dari 20 hingga 24 Agustus 2023.

Baca juga: Beasiswa S2-S3 Thailand 2024, Kuliah Gratis dan Uang Saku sampai Lulus

Untuk diketahui, Paris-Brest-Paris pertama kali diselenggarakan pada 1891. Di acara ini, tiap peserta harus menempuh jarak tempuh 1.200 kilometer dengan batas waktu maksimal 90 jam.

Wisli pun berhasil menjadi pesepeda bambu pertama yang melintasi garis finis pada pukul 10.00 waktu Paris dengan total waktu tempuh 87 jam 4 menit 9 detik. Secara tidak langsung misinya untuk memperkenalkan sepeda bambu terwujud dengan pencapaian luar biasanya di Paris-Brest-Paris 2023.

“Saya sangat menikmati bersepeda di Perancis karena mendapat sambutan meriah dan dukungan moril serta materiil oleh warga sekitar. Sangat terasa sekali atmosfer kekeluargaannya,” ungkapnya.

Tidak puas di Paris, misi sepeda bambu pun berlanjut di Jepang melalui acara The Japanese Odyssey 2023 pada awal November 2023. Berbeda dengan Paris yang menyuguhkan trek ramah bagi pesepeda, di Jepang Wisli harus berpacu dengan medan yang sangat menantang.

Garis start berada di kaki Gunung Sakurajima, Kagoshima Selatan yang termasuk salah satu gunung api dengan asap belerang yang masih membumbung. Tiap peserta diwajibkan mencapai garis finish di Observatorium Ashigezaki, Hachione selama 12 hari dengan total jarak tempuh 2.700 kilometer.

“Kita diberikan ruang kebebasan dalam mendesain rute yang penting kita sampai di garis finish yang telah ditentukan,” ungkapnya.

Pria berusia 40 tahun ini merasa tertantang dan lagi-lagi dirinya mengaku sangat menikmati perjalanannya di Jepang. Wisli mengungkapkan bahwa selama di Jepang dia bersepeda sendiri sehingga banyak pengalaman baru selama di Jepang mulai dari menyusuri trek hutan semalaman hingga menginap di toilet umum.

Wisli juga dibuat kagum dengan lintasan di Jepang yang dibuat dengan membelah bukit dan pegunungan. “Saat saya melewati terowongan, keluar dari terowongan sudah beda kota,” ujarnya.

Baca juga: Kisah Fachriza, Lulusan Terbaik Teknik Kimia ITB Raih IPK 3,99

Dia berhasil menyelesaikan tantangan di Paris dan Jepang dengan berbekal sepeda bambu varian roadbike, Dalanrata. Sepeda yang baru pertama kali digunakan dalam festival sepeda professional.

Keberhasilannya menaklukan trek di Paris dan Jepang tentu tidak hanya berbekal sepeda saja, melainkan kondisi badan yang prima. Walaupun bersepeda sudah melekat di diri Wisli, namun Latihan yang optimal tetap dibutuhkan terutama untuk sepeda jarak jauh.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com