"Motivasi untuk ikut lomba ini karena tertantang, kepengin tahu, karena selama mengajar saya sering kesulitan menentukan APE seperti apa yang harus digunakan," kata Puji seusai menerima penghargaan sebagai juara satu dalam lomba tersebut, Kamis (24/10/2013) di Jakarta.
Puji mengatakan, untuk sampai ke Jakarta dan menerima penghargaan dalam lomba pengembangan APE PAUD, ia memerlukan pengorbanan besar. Saat dikonfirmasi sebagai satu dari 30 nomine pemenang, Puji sedang dalam kondisi hamil sembilan bulan dan menunggu waktu melahirkan.
Beruntung, setelah berkonsultasi dengan dokter, ia memutuskan untuk melahirkan buah hatinya terlebih dahulu baru berangkat ke Jakarta. Pengorbanannya ternyata tak sia-sia. Perempuan yang melahirkan lewat operasi caesar ini dinobatkan sebagai pemenang.
Puji menuturkan, Loker Divergen adalah nama APE yang ia kembangkan. Selama menjadi guru PAUD tujuh tahun belakangan, ia mengaku sering kesulitan menentukan jenis APE untuk anak didiknya. Kebanyakan mainan yang dipakai oleh anak didiknya hanya sebatas mainan karena tidak ikut melatih bahasa, psikomotorik, dan sosial emosional anak.
"Biasanya APE itu kalau habis dipakai, digeletakkan, tidak disimpan. Saya ingin membuat APE yang bisa langsung disimpan, enggak berantakan begitu," tuturnya.
Berbekal motivasi itu, Puji mengembangkan Loker Divergen yang pada dasarnya adalah tempat penyimpanan. Tak hanya sebagai tempat menyimpan, loker ini juga dapat dimainkan. Loker tersebut dapat digunakan hingga 10 anak sekaligus.
"Tidak hanya satu, dua, atau tiga anak yang bisa pakai, tapi bisa sampai 10 anak bermain, bisa bergantian. Tidak menunggu, tidak antre, dia bisa main bersama di situ," jelasnya.
Puji mengatakan, hal paling penting sebagai pendidik adalah melakukan penilaian terhadap anak didik. Pendidik harus memahami, si anak didik telah mencapai indikator tertentu atau belum. Dengan Loker Divergen inilah, lanjut Puji, anak-anak tidak perlu bermain berjauhan. Mereka berkumpul dalam satu tempat, bermain bersama, tetapi tidak membatasi kreativitasnya. Dengan demikian, proses koordinasi dan penilaian dapat berjalan cepat. Hal tersebut, kata dia, juga menguntungkan karena terkait dengan jumlah pendidik yang jauh di bawah peserta didik.
Wadah penyimpanan yang berbahan dasar kayu, kertas, dan plastik ini dapat digunakan anak didik untuk menyediakan mainannya sendiri. Mereka bisa menggambar di atas kertas, atau membuat karakter mainannya sendiri, dan diletakkan di lokernya sendiri. Sehingga, setelah bermain, anak-anak secara tidak langsung diajarkan untuk merapikan sendiri mainannya.
Puji mengaku, bentuk dasar APE Loker Divergen ini telah ia pakai di sekolahnya. Ke depan, Ia berharap APE hasil karyanya juga dapat digunakan oleh pendidik dan anak didik usia dini di seluruh Indonesia.
Tak puas dengan kemenangan ini, guru dari 45 siswa ini masih ingin mengembangkan APE-nya. Dengan demikian, APE tersebut bisa menjadi model yang memiliki standar nasional.
"Saya ingin berpacu dan memotivasi diri agar rangsangan APE itu bisa terus berkreasi lagi," pungkasnya. (AR)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.