Sebagai seorang enterpreneur di bidang pendidikan, Syahrial mengaku memiliki tanggung jawab moral menciptakan tenaga kerja yang siap diserap oleh beragam industri atau mendidik calon-calon entrepreneur muda lainnya untuk siap berbisnis. Ia tak mau lembaga pendidikan hanya fokus di bidang pendidikan, tetapi harus menghasilkan lulusan terampil, siap kerja, dan menjadi seorang entrepreneur. Untuk itulah, ia sangat menekankan bukan hanya hard skill diberikan kepada mahasiswa, melainkan juga soft skill.
"Saya setuju. Bagus sekali kalau pendidikan karakter itu masuk ke dalam kurikulum. Selama ini, pendidikan karakter belum masuk benar ke peserta didik," ujar Syahrial kepada Kompas.com, Jumat (25/10/2013) lalu.
Syahrial mengakui, pendidikan karakter sangat penting untuk membentuk kepribadian seorang mahasiswa. Selain itu, para pendidik, terutama dosen, sebagai pembawa materi juga harus mengerti apa yang ia sampaikan.
"Kalau tidak, pendidikan karakter itu sendiri tidak akan tercapai," katanya.
Dia mengatakan, penerapan pendidikan karakter cenderung penting pada tiga mata pelajaran.
"Yang pertama adalah, kalau di Jepang disebutnya dengan Spirit Bushido, tapi di Indonesia saya menyebutnya Spirit of Kerja Keras Islam. Saya menerapkan pada anak-anak peserta saya bahwa dengan bekerja keras berarti telah menjalankan salah satu etos itu," ujarnya.
Kedua, lanjut Syahrial, kewirausahaan. Menurutnya, karakter sebagai seorang wirausaha adalah tidak perlu menyalahkan orang lain, tetapi selalu berkaca dan menyalahkan diri sendiri untuk memperbaiki diri ke depannya.
"Mengapa kita bisa gagal? Mengapa kita tidak bisa meraih yang kita inginkan? Berkacalah pada diri kita sendiri dan jadilah wirausahawan yang selalu berpikir positif," ujarnya.
Ketiga, pada pengembangan kepribadian. Menurutnya, pendidikan karakter perlu mengarahkan mahasiswa untuk memiliki mimpi dan menggapai mimpi mereka.
"Di sini kami sudah menerapkannya, yaitu untuk pelajaran pengembangan kepribadian, itu di semester pertama. Kalau Etos Kerja Keras Islam belum begitu digodok. Tapi, sudah ada mentoring agama di masjid kita di sini," paparnya.
Jadilah pengusaha
Saat ini LP3I telah melebarkan sayap dengan memiliki 48 lokasi kampus di seluruh Indonesia. Target pencapaian lembaga pendidikan itu dengan mencetak 99 persen lulusan yang langsung mendapatkan tempat untuk bekerja.
Syahrial mengatakan, untuk menghadapi persaingan global, institusi pendidikan Indonesia tidak sepenuhnya siap. Sebagai Wakil Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia, ia berani menyatakan bahwa di hampir semua lini di sektor pendidikan Indonesia serba kekurangan, mulai dari dosen, kurikulum, dan sistem.
"Pendidikan kita itu tidak pernah diperhatikan pemerintah. Fakultas Ekonomi di Australia sudah ada 12 jurusan, di Universitas Gadjah Mada cuma tiga jurusan. Di Australia sudah ada jurusan Perdagangan, Ekonomi Asia Pasifik, Ekonomi Timur Tengah, dan Ekonomi Asia. Jadi, jauh sekali kalau mau dibandingkan," ujarnya.