Jusuf Kalla: Kurikulum 2013 Bukan Dicabut, Hanya Diperbaiki Penerapannya

Kompas.com - 09/12/2014, 13:57 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan, Kurikulum 2013 bukan dicabut, melainkan diperbaiki dalam hal penerapan. Menurut Kalla, pemerintah memperpanjang masa transisi Kurikulum 2006 ke Kurikulum 2013 agar kurikulum baru lebih sempurna ketika dilaksanakan pada kemudian hari.

"Enggak dicabut, hanya lebih diperbaiki penerapannya, enggak dicabut. Siapa bilang dicabut? Hanya masa transisinya kita tambah supaya lebih mantap, supaya mantap nanti apabila dilaksanakan," kata Kalla, Selasa (9/12/2014) di Jakarta.

Ia menyampaikan, sejauh ini masih ada sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013. Adapun sekolah lain diberi waktu lebih kurang setahun untuk meningkatkan mutu guru sebelum melaksanakan Kurikulum 2013.

Menurut dia, perbaikan kurikulum dari waktu ke waktu memang diperlukan. Perbaikan kurikulum dilakukan seiring dengan perkembangan teknologi dan disiplin ilmu. "Waktu kau zaman sekolah, cara berhitung dulu kan beda dengan cara berhitung sekarang. Ilmu hayat berubah, teknologi berubah. Jadi, kalau tidak diperbaiki kurikulumnya, Anda semua tidak bisa mengikuti zaman ujung pengetahuan," ujar Kalla.

Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengatakan, kementeriannya saat ini tidak berniat untuk mengubah Kurikulum 2013. Menurut Anies, program kementeriannya saat ini adalah menyempurnakan kurikulum yang sudah ada.

Anies menginstruksikan kepada sekolah yang belum menggunakan Kurikulum 2013 selama tiga semester untuk kembali ke Kurikulum 2006. Sementara itu, sekolah yang telah menjalankannya selama tiga semester diminta tetap menggunakan kurikulum tersebut sambil menunggu evaluasi dari tim yang dipimpin Dirjen Pendidikan Menengah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau