Indy Hardono
Pemerhati pendidikan

Saat ini bergiat sebagai koordinator tim beasiswa pada Netherlands Education Support Office di Jakarta. Sebelumnya, penulis pernah menjadi Programme Coordinator di ASEAN Foundation. 

Mendidik "Khalifah", karena Manusia Bukan Sekadar Manusia...

Kompas.com - 05/06/2017, 13:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorLatief

KOMPAS.com - Dunia dan segala isinya tidak dimandatkan kepada Pegunungan Himalaya atau Samudera Pasifik, namun kepada mahluk yang tak berdaya, bahkan belum dapat langsung berjalan pada saat dilahirkan.

Tidak seperti bayi ikan paus yang dapat langsung berenang ataupun bayi kuda yang langsung tegak kakinya dan berjalan sesaat setelah dilahirkan. Bumi dan segala isinya dimandatkan kepada kita, manusia! Mengapa?

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia, dalam bentuk yang sebaik-baiknya." – (QS.95:4).”

Itu diperkuat lagi dengan surat selanjutnya.

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah. Berkata mereka: Apakah Engkau hendak menjadikan padanya orang yang merusak di dalamnya dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau? Dia berkata: Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS Al Baqarah :30).

Sejatinya, manusialah satu-satunya mahluk yang punya kemampuan gerak ke mana dan di ruang mana saja, baik itu darat, laut maupun udara.

Manusia dianugerahi potensi dan kemampuan eksplorasi, dan kemampuan jelajah, dan kemampuan menjadi frontier. Itulah fitrah manusia yang hakiki.

Fitrah yang menjadikan manusia-manusia sebagai "khalifah". Di situlah letak kemuliaan manusia sebagai mahluk-Nya.

M LATIEF/KOMPAS.com Pendidikan seharusnya memberi kemerdekaan untuk mengartikulasikan keinginan, ambisi, dan semangat tanpa dibatasi pakem, bahkan terkadang norma sekalipun.

Bukan sekadar manusia

Basyar, Insan dan An-nas. Dalam bahasa Indonesia, tiga kosa kata itu diartikan sebagai manusia. Namun, Al Quran membedakan ketiga istilah itu untuk menggambarkan manusia secara sangat komprehensif dan menyeluruh.

Basyar dari akar kata yang berarti penampakan sesuatu yang baik dan indah. Secara umum  hal itu menggambarkan manusia sebagai sesuatu yang tampak, biologis, dan physical!

An-Nas lebih menekankan kepada arti manusia dalam perspektif mahluk sosial dan interaksinya. Adapun Insan oleh Quraish Shihab dalam Tafsir Al Misbah diartikan sebagai harmonis, tampak, lemah lembut, dinamis, pelupa atau dalam bahasa Inggris diartikan sebagai human.

Secara komprehensif al insan dapat diartikan sebagai makhluk yang memiliki kemampuan menalar, berpikir dan merasa. Namun, juga terkadang khilaf.

Al insan menggambarkan manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Kata insan inilah yang membawa manusia sampai pada derajat paling tinggi, yaitu khalifah di muka bumi!

Mendidik khalifah

Fitrah sebagai khalifah menyiratkan pentingnya jiwa eksploratif, kritis tanpa batas. Untuk itu, seyogianya sistem pengembangan human capital dan pendidikan yang islami dapat mendorong siswa didik untuk berpikir merdeka, kritis, inovatif, dan terbuka. Pendidikan yang sesuai dengan fitrah manusia!

Halaman:
Baca tentang


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau