Efektivitas Pendidikan Karakter Butuh Kerja Sama Guru dan Orang Tua

Kompas.com - 16/10/2013, 13:58 WIB
Oleh: Diah Harianti

KOMPAS.com - Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2012, Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk), mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pengembangan kurikulum, metodologi pembelajaran, dan perbukuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan nonformal dan pendidikan informal.

Secara teknis, Puskurbuk melakukan koordinasi kegiatan pendidikan karakter di tingkat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), termasuk koordinasi dengan unit-unit utama. Kemdikbud juga mengintegrasikan pendidikan karakter dalam kurikulum yang sudah ada dengan kegiatan-kegiatan penguatan pendidikan karakter dan penyusunan buku panduannya.

Ada beberapa strategi yang dilakukan Kemdikbud untuk penguatan pelaksanaan pendidikan karakter, yaitu dengan memperkuat panduan bagaimana melaksanakannya (pendidikan karakter), lalu mengakomodasi lembaga yang sudah melaksanakan pendidikan karakter walaupun dengan nama yang berbeda-beda. Ketiga, menguatkan kegiatan yang sudah ada di sekolah, disamping Kemdikbud tetap melakukan koordinasi menyeluruh. 

Sejak 2011, Puskurbuk sudah mengidentifikasi berbagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan unit-unit utama untuk pendidikan karakter. Pada umumnya, mereka lebih ke menyosialisasikan dokumen-dokumen pendidikan karakter dan bagaimana mengintegrasikan pendidikan karakter itu dalam kurikulum.

Berdasarkan hasil monitoring, hampir 100 persen sekolah di kabupaten/kota maupun provinsi sudah mengetahui pentingnya penerapan pendidikan karakter. Artinya, sosialisasi yang dilakukan oleh Pusat sudah berhasil. Keberhasilan itu juga didukung oleh unit-unit utama yang disetiap kegiatan mereka yang melibatkan banyak peserta dari seluruh Indonesia, seperti pelatihan atau sosialisasi hal lainnya, selalu menyisipkan waktu untuk sosialisasi pendidikan karakter. Jadi, sosialisasi pendidikan karakter sudah cukup masif. 

Nah, bagaimana pelaksanaannya di sekolah pada saat ini? Mengingat konsep dasarnya mengintegrasikan pendidikan karakter dalam kurikulum, maka tidak ada penambahan mata pelajaran. Semua guru, kepala sekolah maupun tenaga pendidikan yang lain bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah masing-masing. Jadi, nilai-nilai dalam pendidikan karakter diintegrasikan dalam mata pelajaran atau pembiasaan-pembiasaan dengan beragam cara yang tepat.

Untuk kedisiplinan, misalnya. Anak diharuskan mengerjakan PR, datang tepat waktu, tidak menyontek, dan sebagainya. Di samping itu, kepala sekolah juga harus bertanggung jawab terhadap kegiatan-kegiatan yang kita sebut sebagai pembudayaan sekolah. Seperti, menjaga kebersihan lingkungan, menggunakan toilet dengan benar, penyediaan tempat sampah dan pembiasaan anak-anak membuang sampah pada tempatnya, termasuk membiasanya budaya bersih-rapi-nyaman-disiplin-sopan santun.

Saat ini, Pemerintah Pusat telah menunjuk 300 sekolah di 33 provinsi dan 44 kabupaten/kota yang dijadikan sekolah perintis pendidikan karakter. Sekolah perintis tersebut terdiri dari PAUD, SD, SMP, SMA, SMK, PLB, dan PKBM.

Pusat juga sudah bekerja sama dengan Dikti untuk pendidikan karakter di perguruan tinggi. Adapun pendidikan karakter di tingkat pendidikan tinggi agak berbeda dengan pendidikan dasar dan menengah. Meskipun penerapannya tidak terlalu berbeda, tetapi strateginya harus berbeda mengingat mahasiswanya dinilai sudah dewasa. Ada juga yang dimasukkan untuk mata kuliah tertentu, seperti bela negara.

Pemerintah memunculkan gerakan pendidikan karakter tentu setelah melalui pertimbangan matang berdasarkan kajian mendalam. Di tengah masyarakat terdapat anggapan, bahwa hasil pendidikan hanya melahirkan anak pintar, namun berperilaku tidak sopan, tidak peduli, kurang cinta pada tanah air, dan cenderung radikal. Dengan begitu, pembelajaran di sekolah dianggap lebih menekankan pada aspek kognitif.

Sekolah juga dinilai kurang menekankan siswa pada sikap untuk berbuat baik. Oleh karena itulah pemerintah mencanangkan gerakan pendidikan berbasis karakter dengan harapan bahwa peserta didik tidak hanya memiliki pengetahuan tetapi juga memiliki sikap dan nilai-nilai yang baik.

Kajian lapangan

Bertujuan melihat perkembangan pendidikan karakter di sekolah, Kemdikbud telah melakukan kajian lapangan di berbagai jenis sekolah, termasuk sekolah yang kurang bagus. Bahkan, di Jakarta ada sebuah SMP yang muridnya dari golongan ekonomi bawah dan berlokasi dekat tempat pembuangan akhir sampah.

Namun demikian, kepala sekolah mempunyai tekad kuat untuk membentuk  anak didiknya mempunyai karakter yang bagus, seperti disiplin, bersih, dan sebagainya. Ternyata, semua itu berhasil. 

Halaman:
Baca tentang


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau