KILAS

Suanggi dan Tantangan Guru Garis Depan

Kompas.com - 10/05/2018, 14:19 WIB
Kurniasih Budi

Penulis


RAJA AMPAT, KOMPAS.com - Speed boat yang memuat selusin wisatawan asal Jakarta bergerak melambat saat mendekati Kampung Lopintol di distrik Teluk Mayalibit, Kabupaten Raja Ampat.

Nahkoda speed boat berteriak, menyebut sebuah nama. Tak lama kemudian, seorang pemuda berambut keriting yang berada di tepi pantai, berlari menuju dermaga.

Dengan cepat dan ringan ia melompat ke atas perahu. Mundi Daman, namanya.

Ia seorang siswa SMA di Waisai, Kabupaten Raja Ampat, ikut dalam sebuah perahu motor yang mengantar serombongan wisatawan ke Kali Biru di kawasan distrik Teluk Mayalibit.

Anak dari Kampung Lopintol itu diajak nahkoda perahu untuk ikut mendampingi wisatawan menelusuri keindahan Kali Biru.

Lopintol merupakan salah satu kampung yang terdekat dengan destinasi pariwisata Kali Biru. Ayah Mundi dan sebagian besar masyarakat kampung itu bekerja sebagai nelayan.

Mundi Daman, siswa kelas XI di sebuah SMA di Waisai, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, menarik perahu motor yang membawa sejumlah wisatawan ke Kali Biru di distrik Teluk Mayalimbit, Raja Ampat, Jumat (4/5/2018).KOMPAS.com/ KURNIASIH BUDI Mundi Daman, siswa kelas XI di sebuah SMA di Waisai, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, menarik perahu motor yang membawa sejumlah wisatawan ke Kali Biru di distrik Teluk Mayalimbit, Raja Ampat, Jumat (4/5/2018).

Mundi tak bicara banyak bila tak ditanya. Tangan dan kakinya bergerak cepat dan kuat menarik perahu ketika perairan makin dangkal.

Sekali perjalanan, Mundi mendapat Rp 200.000 untuk jasa menemani wisatawan sekaligus anak buah di perahu motor itu.

Siswa kelas XI di sebuah SMA di Waisai tersebut setiap hari menempuh perjalanan satu jam dengan sepeda motor untuk sampai di sekolahnya.

Sehari setelah Hari Pendidikan Nasional, ia tidak bersekolah. Tiga hari sudah ia tak ikut pelajaran di kelas. Alasannya, ia mesti menghadiri upacara kematian.

“Ada duka. Bapa tua meninggal dunia,” katanya tersipu malu, Kamis (3/5/2018).

Adat dan pendidikan

Upacara kematian merupakan salah satu momentum penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia, utamanya Papua dan Papua Barat.

Keterlibatan dan kehadiran keluarga di dalam berbagai acara adat adalah mutlak.

Seorang guru di SMP Momi Waren, Kabupaten Manokwari Selatan, Papua Barat, Sahril Anci, mengatakan siswa bisa tidak hadir di kelas selama beberapa hari karena mengikuti aturan adat.

Seorang Guru Garis Depan Sahril Anci bertugas di SMP Negeri Momi Waren Kabupaten Manokwari Selatan, Papua Barat. Ia merupakan satu di antara sekian banyak Guru Garis Depan angkatan pertama yang ditugaskan ke Papua Barat.Dok. Sahril Anci Seorang Guru Garis Depan Sahril Anci bertugas di SMP Negeri Momi Waren Kabupaten Manokwari Selatan, Papua Barat. Ia merupakan satu di antara sekian banyak Guru Garis Depan angkatan pertama yang ditugaskan ke Papua Barat.

Halaman Berikutnya
Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau