Pokja SBMPTN Minta Netizen Tidak Usah Kuatir Soal Sistem Penilaian

Kompas.com - 11/05/2018, 17:52 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Salah satunya dipicu dengan postingan akun @masukkampus yang mengunggah komentar seputar sistem baru dalam penilaian SBMPTN.

"Jujur admin ga habis pikir dan ikut sedih dengan beragamnya berita terkait penilaian SBMPTN tahun ini. Bahkan hingga hari ini pun masih ada berita baru ttg penilaian SBMPTN 2018," demikian dikutip dari akun tersebut.

Kenapa hari ini diminta isi semua jawabannya sementara kemarin pernyataan di Metro TV oleh ketua SBMPTN tahun ini diperingatkan ga boleh asal nebak jawaban sehingga membuat siswa takut menjawab semua.

Menurutnya, perbedaan pendapat semacam ini membuat siswa bingung, sambil memberikan tautan artikel ke antaranews.com berjudul "Peserta SBMPTN jangan kosongkan jawaban".

Sontak hal ini menimbulkan berbagai tanggapan dari pengikut akun tersebut. Ada yang pro dan kontra terkait pembahasan ini.

Baca juga: Ingat Penilaian SBMPTN 2018 Memakai Sistem Baru

Akun @adriansaputra02 menuliskan, "entahlah bingung jadinya serba salah, banyakin doa ajalah mudahan lulus,yang penting ada kemauan dan usaha."

"Beritanya kenapa ga dari awal :') kzl :')," menurut akun @ayy6_

"Dah selesai baru dah ada berita gini," kata @achzain77.

"Yah galau deh," tambah akun @asyaap_

Tidak kurang dari 23 ribu komentar dan 64 ribu netizen memberikan tanda suka pada ungguhan ini. 

Ketua Pokja SBMPTN 2018 Profesor Budi Prasetyo Widyobroto telah menjelaskan perihal sistem penilaian baru ini. 

Sistem lama SBMPTN menggunakan penilaian skor empat bila benar, minus satu kalau salah dan yang tidak mengerjakan akan mendapat nilai nol.

Tahap penilaian SBMPTN yang baru pun disederhanakan dari tiga tahap menjadi dua tahap. Tahap pertama seluruh jawaban peserta akan diproses.

Adapun tahapan kedua menggunakan teori 'response butir'. Teori ini digunakan untuk menganalisis karakteristik setiap soal.

Soal dibagi ke dalam 3 kategori yaitu mudah, sedang dan sulit.

Halaman:
Baca tentang


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau