BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Prasetiya Mulya

Belajar dari Mark Zuckerberg, Jangan Pernah Remehkan Mimpi

Kompas.com - 23/08/2018, 07:02 WIB
Mikhael Gewati,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi


KOMPAS.com
- Jangan pernah remehkan mimpi, begitulah ungkapan yang pas untuk melukiskan keberhasilan Mark Zuckerberg. Pria yang kini berusia 34 tahun tersebut tak pernah menyangka kalau Facebook, media sosial yang dikembangkan olehnya, mampu mengantar dirinya menjadi miliarder.

Padahal, dahulu niat Mark membuat Facebook hanya untuk wadah komunikasi online di antara sesama mahasiswa Harvard. Namun, fakta berkata lain. Situs pertemanan ini malah diminati banyak orang.

Berkat respons positif itu, Mark kemudian bercita-cita menjadikan Facebook sebagai alat sosial yang bisa membantu orang-orang di dunia untuk berkomunikasi.

Kini Facebook pun menjadi layanan media sosial favorit warga dunia. Tercatat jumlah pengguna layanan aktif ini, berdasarkan laporan We Are Social dan Hootsuite pada Maret 2018 sudah mencapai lebih dari 2,17 miliar.

Belajar dari kesuksesan Mark Zuckerberg membangun Facebook, setiap orang seharusnya jangan takut untuk mewujudkan mimpi atau cita-cita. Hal ini seperti yang dilakukan CEO & Co Founder Surya Utama Nuansa (SUN Energy) Ryan Putera Pratama Manafe.

Ryan bercerita bahwa keberhasilannya membangun perusahaan energi terbarukan itu tak lepas dari mimpinya menjadi pengusaha. Padahal dahulu dia sama sekali tidak punya modal untuk menjadi entrepreneur.

"Jadi dari zaman kuliah strata satu (S1) saya memang mau jadi pengusaha, tetapi saya kan bukan dari keluarga tajir (kaya) yang punya modal atau network. Saya berasal dari keluarga biasa-biasa saja," ucap Ryan kepada Kompas.com, Senin (30/7/2018).

CEO & Co Founder Surya Utama Nuansa (SUN Energy) Ryan Putera Pratama Manafe adalah alumni MM Prasetiya Mulya. Dia menceritakan kesuksesannya dalam membangun bisnis energi terbarukan kepada Kompas.com. Dok Prasetiya Mulya CEO & Co Founder Surya Utama Nuansa (SUN Energy) Ryan Putera Pratama Manafe adalah alumni MM Prasetiya Mulya. Dia menceritakan kesuksesannya dalam membangun bisnis energi terbarukan kepada Kompas.com.
Singkat cerita setelah lulus S1, Ryan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang strata dua (S2) di Universitas Prasetiya Mulya. Dia kemudian mengambil jurusan bisnis manajemen karena ingin memelajari ilmu bisnis lebih dalam untuk mendukung cita-citanya menjadi pengusaha.

"Waktu kuliah S2 saya diterima bekerja di perusahaan konsultan McKinsey. Selain untuk bangun networking sebagai bekal bangun usaha nanti, saya mau bekerja di sana karena biasanya konsultan-konsultan di McKinsey bisa dibayar tinggi untuk menjadi konsultan di perusahaan-perusahaan besar," kata Ryan dengan semangat.

Tawaran dari klien

Setelah 2-3 tahun bekerja di McKinsey, Ryan kemudian mendapat tawaran yang membuat mimpinya menjadi pengusaha semakin nyata. Dia ditawari salah satu kliennya untuk mengelola bisnis energi terbarukan, yaitu energi surya (matahari).

Gayung pun bersambut. Pemuda berusia 30 tahun ini kemudian menerima tawaran tersebut. Namun, bukan perkara mudah bagi Ryan untuk bisa sukses di bisnis energi surya.

Apalagi pada tahun pertama perusahaannya beroperasi dia kesulitan mendapatkan proyek besar.

"Modal untuk bangun perusahaan ini kan bukan uang saya tetapi dari pemilik modal dan hutang dari bank. Jadi ketika saya belum dapat proyek besar itu tekanannya tinggi sekali. Investor setiap bertemu selalu tanya, kapan uang saya kembali?" ungkap Ryan.

Ilustrasi pemanfaatan energi surya atau matahariSHUTTER STOCK Ilustrasi pemanfaatan energi surya atau matahari

Keadaan mulai berubah setelah Ryan mengubah model bisnis perusahaan. Klien atau pengguna jasa PT SUN Energy tidak lagi perlu mengeluarkan investasi besar untuk membeli sekaligus memasang perangkat energi surya.

Sebagai gantinya mereka bisa menyewa perangkat tersebut dan bayar per bulan dengan jaminan performa alat yang menjanjikan. Artinya bila perangkat energi surya yang dipasang tidak bekerja dengan baik, maka klien tidak perlu membayar uang sewa.

"Dengan modal bisnis seperti itu baru perlahan-lahan kami mendapatkan proyek besar. Total sekarang kami sudah mendapat proyek 12-14 megawatt (MW) dengan nilai mencapai belasan juta dollar AS," tutur Ryan.

Sukses berkarier di perusahaan multinasional

Kisah sukses mewujudkan impian datang pula dari Diana Beauty. Wanita yang kini berkarier sebagai Senior Brand Manager Danone Early Life Nutrition ini mengatakan, kalau dirinya ingin berkarier di perusahaan multinasional usai merampungkan studi S2 di Magister Manajemen (MM) Prasetiya Mulya.

Diana pun kemudian memulai karier sebagai Marketing Management Trainee di PT Sari Husada, perusahaan yang masih menjadi bagian dari Danone. Selang setahun, berkat kinerja yang cemerlang, perempuan berusia 29 tahun ini dipromosikan sebagai Assistant Brand Manager.

Perempuan asal Jambi ini menyatakan, salah satu cara untuk cepat dipromosikan ke posisi lebih tinggi adalah karena berani mengambil pekerjaan besar yang bisa menghasilkan dampak besar bagi perusahaan.

Tak cuma itu, kata Diana, dia juga tidak pernah menolak mengerjakan pekerjaan baru di luar dari bidangnya. Karena dengan begitu jadi belajar banyak sehingga bisa memperkaya pengetahuannya sebagai Brand Manager.

Diana Beauty alumni Master Manajemen (MM) Prasetiya Mulya, menceritakan kisah suskesnya berkarier di perusahaan multinasional. Dok Prasetiya Mulya Diana Beauty alumni Master Manajemen (MM) Prasetiya Mulya, menceritakan kisah suskesnya berkarier di perusahaan multinasional.
"Jadi kita gak cuma paham produk dari sisi marketingnya saja, tetapi juga mengerti dari pandangan finance dan produksi. Ini kemudian menjadi nilai tambah sehingga membuat karier saya jadi cepat naik," papar Diana.

Oleh karena itu, selang kurang dari dua tahun kemudian Diana kembali dipromosikan sebagai Brand Manager di Danone Early Life Nutrition. Usai 10 bulan menjabat, posisinya naik lagi menjadi Senior Brand Manager.

Namun, bukan Diana namanya kalau merasa sudah cukup. Anak kedua dari tiga bersaudara ini menargetkan untuk menjadi Marketing Manager dan ingin punya pengalaman karier internasional.

Tidak instan

Tentu sukses yang Mark Zuckerberg, Ryan, dan Diana capai dalam meraih mimpi bukanlah tanpa sebab. Mereka punya kemampuan mumpuni untuk bisa mewujudkan mimpinya.

Kemampuan tersebut pun tidak datang dengan instan, melainkan perlu dibentuk, latih dan asah. Di sini lembaga pendidikan punya peran penting untuk melakukan itu dan ini terbukti pada Ryan dan Diana.

Jebolan MM Universitas Prasetiya Mulya ini mengaku, apa yang mereka terima selama studi di sana benar-benar menjadi modal berharga untuk mewujudkan impian keduanya.

“Di semester akhir saya harus buat business plan yang bakal jadi final project. Ketika di uji project tersebut harus sudah ada purchase order (PO) dari perusahaan. Jadi gak cuma dapet teori bisnisnya saja, tetapi juga praktiknya," kata Ryan.

Sementara itu, menurut Diana hal utama yang paling dia rasakan manfaatnya selama kuliah, yaitu soal interpersonal skills. Ini karena proses belajar di universitas tersebut benar-benar melatih soft skills.

"Hampir 90 persen tugas di kampus adalah group working atau project. Jadi kemampuan komunikasi, kepemimpinan, dan manajemen benar-benar terlatih dan ini berguna di dunia kerja," kata dia.

Bukan tanpa sebab pula MM Universitas Prasetiya Mulya bisa mendidik Ryan dan Diana seperti itu. Lembaga pendidikan ini punya prinsip dan nilai yang fokus pada pembentukan karakter kewirausahaan dan profesionalitas kepada mahasiswa.

Makanya lulusan yang dihasilkan pun punya kemampuan mumpuni dalam dunia bisnis dan kerja. Kemampuan yang menjadi modal berharga bagi mereka untuk menggapai mimpi dan cita-citanya.

Baca tentang

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau