KOMPAS.com - Universitas Prasetiya Mulya (Prasmul) mewisuda 925 lulusan, terdiri dari 720 lulusan S1 dan 205 lulusan S2, pada 11 Desember 2018, di Jakarta Convention Center, Jakarta.
Sebanyak 112 orang diantaranya berhasil meraih predikat terbaik, yaitu lulus dengan predikat Magna Cumlaude, Summa Cumlaude, Cumlaude, The Outstanding Academic Achievement dan The Outstanding Contribution.
Dalam wisuda tahun ini, Universitas Prasmul mengangkat tema "Powering Indonesia’s Ascent to the Singularity Economy”. Kepada Kompas.com, Rektor Universitas Prasmul Prof. Djisman Simandjuntak menyampaikan, "Prasetiya Mulya ingin mengajak para lulusannya untuk bersama mendukung Indonesia menuju "Economic Singularity."
Ia menambahkan, salah satu cara adalah dengan mengedepankan kolaborasi antara sains, teknologi, dan kewirausahaan dan mendorong munculnya industri start up baru berbasis sains dan teknologi.
Selain capaian lulusan akademik, Prof. Djisman juga menceritakan berbagai prestasi dicapai mahasiswa dan alumni dalam tahun ini, di antaranya: Resi Yuki Bramani (Head Frequency and Government Management PT XL Axiata, Tbk, Alumni MM Strategic Innovation 50) meraih Penghargaan Tanda Kehormatan Satyalancana Pembangunan di Bidang ICT.
Baca juga: Rektor Prasmul: Kolaborasi Bisnis dan Sains Jadi Kunci Indonesia 4.0
Mahasiswa Prasmul juga meraih Juara I HOPE A THON 2018 yang diselenggarakan Apple Developer Academy Indonesia dan HOPE Indonesia, Juara II Tingkat Regional BIRLA Asian Family Business Competition 2018, dan Perwakilan Indonesia dalam kompetisi L'Oreal Brandstorm 2018.
Rektor Prasmul menyampaikan, keseluruhan prestasi berhasil diraih Prasetiya Mulya sepanjang tahun 2018, yaitu sejumlah 65 prestasi baik untuk tingkat nasional, regional maupun internasional.
“Seluruh Civitas Academica Universitas Prasetiya Mulya sangat bangga akan kontribusi yang diberikan oleh para mahasiswa tahun ini. Mereka tidak hanya berhasil menyelesaikan pendidikannya tetapi juga mampu berprestasi di berbagai bidang," ujar Prof. Djisman
Hal tersebut semakin memantapkan optimisme kami bahwa nantinya 925 lulusan ini akan mampu menghadapi beragam tantangan di masa depan, terutama dalam langkah Indonesia menuju economic singularity,” tambahnya.
Prof. Ben Shenglin, Professor and Dean, Academy of Internet Finance and International Business School, Zhejiang University yang menjadi pembicara utama dalam wisuda kali ini menjelaskan bahwa, saat ini dunia tengah dihadapkan pada 'singularity economy'.
Istilah "singularitas" dalam konteks ini pertama kali digunakan matematikawan John von Neumann tahun 1958 untuk menggambarkan "ledakan kecerdasan".
Istilah dalam matematika ini kemudian digunakan untuk menggambarkan suatu masa ketika kecerdasan buatan berkembang jauh sehingga melampaui kecerdasan manusia dan mengubah peradaban dan umat manusia.
“Dampak transformative dari kecerdasan buatan pada aktivitas ekonomi sudah tidak terbantahkan, begitu juga pada pasar tenaga kerja. Akan tetapi sebagai teknologi yang masih baru, adaptasi dari kecerdasan buatan dalam bidang ekonomi dan finansial masih pada tahap awal," jelas Prof. Ben.
Ia optimis, kemajuan teknologi dalam bidang ekonomi dan finansial ini akan memiliki dampak positif pada aktifitas ekonomi, lapangan pekerjaan dan kesejahteraan manusia, bila ada tuntunan dari peraturan yang positif dan efektif.