KOMPAS.com - Empat arah kebijakan pendidikan nasional "Merdeka Belajar" yang diinisiasi Mendikbud Nadiem Makarim (11/12/2019) mendapatkan dukungan dari berbagai kalangan. Dukungan kali ini datang dari sekolah dan masyarakat di Badung, Bali.
"Kita sudah seharusnya memberikan apresiasi pada gebrakan Merdeka Belajar Mas Menteri, karena berkat gebrakan beliaulah, dapat tercetus 4 Pokok Kebijakan Pendidikan yang memberikan atmosfer positif bagi pendidikan di Nusantara," ujar Sabar Aritonang, Ketua Yayasan Griya Anak, (16/12/2019) di Sekolah Cendekia Harapan (CH), di Kabupaten Badung, Provinsi Bali.
Wujud dukungan terhadap program "Merdeka Belajar" dilakukan Sekolah CH Badung Bali dengan menggelar penandatanganan deklarasi dan juga "Pawai Siap Merdeka Belajar" yang melibatkan tidak hanya siswa dan guru namun juga masyarakat sekitar (16/12/2019).
Lebih jauh Sabar menyampaikan sekolah yang dipimpinnya telah menerapkan Merdeka belajar lewat filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara.
Baca juga: Program Merdeka Belajar, Kepala Sekolah Perlu Miliki Perspektif Baru
“Sekolah kami telah menerapkan cara berpikir dan alur belajar sesuai dengan konsep Merdeka Belajar sejak 2017 atas dasar pemikiran Ki Hajar Dewantara dan melihat kebutuhan masa depan peserta didik,” jelas Sabar.
Metode belajar CH yang telah dijalankan sejak 2017 ini memberikan kebebasan siswa memilih produk akhir atau portfolio yang akan dihasilkan, dan sesuai cara belajar yang dipilih siswa.
Tiap siswa dipandang unik dan memiliki minat bakat masing-masing sehingga setiap siswa mendapatkan assesmen yang berbeda satu dengan lain.
Sabar, penggagas metode CH ini, mengakui meski metode ini memberikan ruang lebih luas bagi anak untuk berkreasi, berinovasi dan kreatif, tetapi belum semua orangtua, siswa, juga masyarakat dan dinas pendidikan bisa menerima sebelumnya.
"Dengan adanya Gerakan Merdeka Belajar ini, secara resmi menjadi arah kebijakan pendidikan nasional, memberikan kami ruang untuk melanjutkan perjuangan kami menyempurnakan pelaksanaan teknis metode CH yang sangat sesuai dengan Merdeka Belajar," tambah Juwaria Muqtadir Ketua Pusat Asesmen CH.
Tidak hanya telah menerapkan "Merdeka Belajar" dalam pembelajaran, Juwaria menyampaikan pihaknya juga siap melaksanakan penilaian akhir siswa berbasis Asesmen Kompetensi dan Pengukuran Karakter.
"Bahkan tahun ajaran ini (kami sudah mulai) untuk jenjang SD dan SMP," tegasnya.
I Gede Saman, guru senior yang berpartisipasi dalam deklarasi turut memberikan tanggapan positif terkait perubahan format dari UN ke Asesmen Kompetensi dan Pengukuran Karakter.
Baca juga: Nadiem Sebut Program Merdeka Belajar Sangat Berkaitan dengan Guru
"Dengan adanya penghapusan UN dan ujian asesmen yang diadakan sesuai standar setiap sekolah, kami yakin pendidik dan murid mempunyai ruang untuk belajar lebih baik,” ujar Saman.
Ia menambahkan, “Selama pengalaman mengajar saya lebih dari 15 tahun, saya melihat metode ini adalah metode terbaik bagi siswa, karena itu saya sangat ingin semua pendidik di Nusantara tahu ini."
Lebih jauh Juwaria menyampaikan, sekolah CH memiliki keinginan untuk dapat berbagi praktik baik pendidikan "Merdeka Belajar" ini ke sekolah-sekolah lain di tanah air dalam menerapkan program tersebut di konteks sekolah lokal, baik sekolah nasional maupun SPK.
Metode ini memberikan ruang yang luas dan atmosfer baru yang kondusif bagi pengembangan soft skill dan hard skill peserta didik dalam mempersiapkan calon-calon bibit penerus bangsa yang berkompeten di masa depan”
"Kami siap berbagi praktik baik "Merdeka Belajar" Metode CH ini untuk sekolah-sekolah lain, termasuk mendiskusikannya bersama Pak Nadiem terkait pelaksanaan teknis Merdeka Belajar, tutup Juwaria.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.