Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/01/2020, 12:56 WIB
Ayunda Pininta Kasih,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

Curah hujan yang tinggi sejak pergantian tahun membuat sejumlah wilayah di Jabodetabek mengalami banjir. Hingga Jumat (3/1/2020) pukul 09.00 WIB, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah korban jiwa akibat banjir di Jabodetabek dan Lebak, Banten, mencapai 43 orang.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar persoalan ini segera diatasi dan keselamatan warga menjadi prioritas utama.

Sebagai upaya pencegahan adanya bencana banjir ‘susulan’, Kementrian Riset dan Teknologi (Kemenristek) bersama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BB-TMC) tengah melaksanakan Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) sejak Jumat (3/1/2020) pagi.

Untuk dapat memodifikasi cuaca, operasi TMC menggunakan dua pesawat yang berfungsi untuk mengangkat garam yang bisa menyemai hujan. Pesawat akan membawa garam dan ‘menaburkannya’ di atas awan hujan kumolonimbus yang berpotensi membawa hujan intensitas tinggi seperti yang terjadi pada awal tahun baru 2020.

Baca juga: Banjir Surut, Ayo Bantu Orangtuamu 8 Hal Berikut

“TNI AU menyediakan dua pesawat. CN295 ini sekali (terbang) mengangkat 2,4 ton garam yang bisa menyemai (hujan). Selain itu juga CASA-212-200 sekali (terbang) mengangkat 800 kilogram garam," ungkap Kepala BPPT Hammam Riza dalam peresmian Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Ruang VIP Lantai 3 Gedung BPPT, Jakarta, dalam keterangan rilis yang diterima Kompas.com Jumat (3/1/2020).

Dengan begitu, hujan dapat disemai atau diturunkan lebih cepat di lokasi yang jarang penduduk atau sebelum awan sampai ke kawasan Jabodetabek atau daerah padat penduduk.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, mengatakan modifikasi cuaca ini dapat mencegah terjadinya hujan deras dan bencana banjir seperti yang terjadi di malam tahun baru.

“Mudah-mudahan dengan teknologi modifikasi cuaca, maka hujan yang tadinya harusnya turun di daerah padat penduduk, bisa diturunkan terlebih dahulu di lautan,” tutur Bambang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com