KOMPAS.com - Rektor Universitas Budi Luhur, Dr. Ir. Wendi Usino mengatakan Universitas Budi Luhur siap mengimplementasikan kebijakan Kampus Merdeka dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Dengan kebijakan Kampus Merdeka, Universitas Budi Luhur bisa mengelola sistem pembelajaran dan kurikulum dengan sangat fleksibel.
"Universitas Budi luhur sudah siap menjalankan Kampus Merdeka. Kami akan sesuaikan perubahan dengan Permendikbud yang ada. Kami tinggal menyesuaikan saja," kata Dr. Ir. Wendi dalam acara Kampus Merdeka itu Kampus Budi Luhur di Jakarta, Sabtu (8/2/2020).
Menurutnya, Universitas Budi Luhur sudah mengimplementasikan kegiatan-kegiatan mahasiswa yang tercantum dalam kebijakan Kampus Merdeka. Sejumlah kegiatan itu seperti kuliah lintas program studi, Kuliah Kerja Nyata, memilih tugas akhir, dan lainnya.
Baca juga: Kampus Merdeka, 8 Kegiatan Mahasiswa Luar Kampus yang Bisa Jadi SKS
"Kami bahagia ada Permendikbud (untuk Kampus Merdeka) itu agar mahasiswa bisa berkembang. Bahagia itu karena apa yang kita lakukan diakui. Dengan adanya lima Permendikbud, kami bisa berkreasi di kurikulum. Jam kegiatan-kegiatan bisa dihitung SKS," ujar Dr. Ir. Wendi.
Ia mencontohkan, mahasiswa Universitas Budi Luhur di program studi bidang Teknologi Informasi bisa mengambil mata kuliah di bidang komunikasi. Selain itu, mahasiswa di semester tiga bisa memilih jam kuliah, dosen, tempat belajar, dan tugas akhir.
"Bisa pilih sesuai jalur pilihannya apakah akademisi atau praktisi. Bisa skripsi, bisa proyek. Seorang sarjana jadi bisa tak memelulu membuat skripsi," ujarnya.
Untuk kegiatan di luar kampus, Universitas Budi Luhur juga telah menghitung kegiatan magang dan KKN ke dalam sks. Menurutnya, mahasiswa akan lebih berkompetisi dengan adanya kebijakan Kampus Merdeka.
Baca juga: 4 Alasan Nadiem Makarim Mengeluarkan Kebijakan Kampus Merdeka
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur, Doddy Wihardi menyebutkan kolaborasi penelitian antara dosen dan mahasiswa juga diakui sebagai pengganti tugas akhir. Ia mencontohkan sebuah penelitian yang masuk ke jurnal internasional dari dosen dan mahasiswa pada dua tahun lalu.
"Jadi itu kan ada reviewer jurnal internasionalnya. Saat lolos dan dipresentasikan di Kuala Lumpur dan Jepang dan pulang ke Indonesia, kita akui sebagai tugas akhir," kata Doddy.