Festival Sains dan Budaya 2020, Menggebrak Stigma Peringkat Bawah PISA Siswa Indonesia

Kompas.com - 22/02/2020, 18:41 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Festival Sains dan Budaya 2020 diharapkan dapat menjadi angin segar sekaligus menjadi pembuktian untuk menepis stigma kemampuan siswa Indonesia yang selama selama ini masih berada di peringkat bawah asesmen siswa internasional (PISA).

"Hal ini menunjukan bahwa ada banyak anak Indonesia berprestasi baik di bidang seni maupun sains. Buktinya sudah ada, dalam pameran sains dan budaya dan juga kompetisi, ada anak Indonesia yang jenius," ujar Presiden OSEBI, Liliana Muliasttuti.

Lili menambahkan, ha ini menjadi angin segar dan harapan untuk membuktikan siswa Indonesia tidak selalu berada di peringkat bawah dalam ajang Internasional.

"Semua mendukung agar siswa Indonesia lebih tampil lagi dalam budaya dan sains di ajang internasional," tegas Lili.

Festival Sains dan Budaya (FSB) 2020 merupakan penggabungan antara kompetisi ISPO (Indonesian Science Project Olimpad) dan OSEBI (Olimpiade Seni dan Bahasa Indonesia) yang berlangsung 21-23 Februari 2020 di Sekolah Kharisma Bangsa, Tangerang Selatan.

Baca juga: FSB 2020: Merangkai Puzzle SDM Unggul lewat Manajemen Talenta Siswa

Pusat Prestasi Nasional

FSB yang diselenggarakan Eduversal dan Sekolah Kharisma Bangsa tahun ini mengangkat tema besar "Bangun Generasi Gemilang".

Untuk ISPO terdapat 134 projek sains yang lolos ke babak final menyisihkan 383 projek sains dari 741 siswa SMP-SMA/SMK dari 154 sekolah di 20 provinsi. Sedangkan untuk OSEBI terdapat 592 projek dari 997 siswa SD, SMP dan SMA/SMK di 142 sekolah dari 20 provinsi Indonesia.

"Fungsi pendidikan bukan menjadi tanggung jawab pemerintah sendiri, tapi masyarakat, sekolah dan juga industri. Ketika semua berkolaborasi, maka hasilnya akan sangat luar biasa," ujar Rizal Alfian Analis Pengembangan Peserta Didik, Pusat Prestasi Nasional, Kemendikbud dalam konferensi pers (21/2/2020).

 Ia menambahkan, saat ini Pemerintah sedang menyusun strategi manajemen talenta, termasuk penguatan talenta-talentas siswa Indonesia sejak usia dini lewat pembentukan Pusat Prestasi Nasional.

"Hal ini menjadi bagian dari yang akan dibangun oleh pemerintah, yaitu manajemen talenta. Dan sekarang kami sedang menyusunnya, arah dari manajemen talenta siswa nasional," ujarnya.

Penerapan "Merdeka Belajar"

Festival Sains dan Budaya (FSB) 2020 merupakan penggabungan antara kompetisi ISPO (Indonesian Science Project Olimpad) dan OSEBI (Olimpiade Seni dan Bahasa Indonesia) berlangsung 21-23 Februari 2020 di Sekolah Kharisma Bangsa, Tangerang Selatan.DOK. KOMPAS.com/YOHANES ENGGAR Festival Sains dan Budaya (FSB) 2020 merupakan penggabungan antara kompetisi ISPO (Indonesian Science Project Olimpad) dan OSEBI (Olimpiade Seni dan Bahasa Indonesia) berlangsung 21-23 Februari 2020 di Sekolah Kharisma Bangsa, Tangerang Selatan.

Dalam kesempatan sama Presiden ISPO Prof. Riri Fitri Sari menyampaikan kemampuan meneliti anak Indonesia semakin meningkat setiap tahun.

"Mereka sudah melakukan kaidah-kaidah penelitian yang baik seperti mahasiswa S1. Jika diperbandingkan dengan anak-anak Amerika, penelitian anak-anak Indonesia juga sudah mulai menggandeng peneliti dari universitas," ujar Prof. Riri.

Ia menambahkan, "Jadi mereka (para siswa) sekarang sudah menggandeng Brawijaya, UGM, universitas di Kalimantan. Jadi kolaborasi dengan peneliti di perguruan tinggi terdekat itu sudah dilakukan siswa. Ini perlu di-encourage."

Prof. Riri berharap dengan berdirinya Pusat Prestasi Nasional akan menyatukan seluruh potensi anak bangsa dan akan dapat didesain sedini mungkin pada talenta-talenta siswa Indonesia.

Baca juga: Indonesia Kekurangan Talenta Digital, Kominfo Siapkan Beasiswa

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau