KOMPAS.com - Dalam rangka menilai efektivitas pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama masa pandemi Covid-19, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melakukan survei daring yang melibatkan 38.109 siswa dan 46.547 orang tua pada seluruh jenjang pendidikan di seluruh provinsi di Indonesia.
Selain survei yang dilakukan dalam rentang waktu 13-22 Mei 2020 tersebut, Kemendikbud juga bekerja sama dengan UNICEF melakukan survei melalui layanan SMS gratis terhadap 1.098 siswa dan 602 orang tua, terutama yang berdomisili di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal).
Hasil survei mendapati, baik di wilayah 3T maupun non-3T, sebanyak 96,6 persen siswa belajar sepenuhnya dari rumah.
Baca juga: BREAKING NEWS: Pelaksanaan UTBK-SBMPTN 2020 Dibagi Jadi Dua Gelombang
Meski, masih terdapat 3,3 persen siswa yang belajar bergantian di rumah dan di sekolah.
Sebanyak 0,1 persen siswa yang masih belajar penuh di sekolah beralasan karena tidak ada yang mendampingi belajar dari rumah. Siswa-siswa tersebut berdomisili di wilayah 3T yang tidak terdampak Covid-19.
Jaringan internet yang tidak memadai, tulis Kemendikbud di laman resminya, juga menjadi salah satu alasan mengapa siswa melakukan pembelajaran dari rumah dan di sekolah secara bergantian.
Selain itu, survei menunjukkan bahwa siswa tersebut juga mengalami kesulitan dalam memahami materi.
Baca juga: Belajar di Rumah Diperpanjang, Kemendikbud: Berikan Materi Life Skill dan Karakter
Sementara itu, survei juga mendapati hampir 90 persen orang tua mendampingi anaknya belajar dari rumah di semua jenjang pendidikan, meski terdapat kendala tak mengerti tentang materi.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan (Kabalitbang dan Perbukuan) Totok Suprayitno mengatakan, orang tua memiliki peran yang cukup sentral dalam pelaksanaan belajar dari rumah.
“Saya kira ini hal yang positif ketika orang tua tergerak untuk mendampingi anaknya. Meskipun ada keluhan yang menonjol, di antaranya orang tua tidak paham materi ajar,” papar Totok pada rapat kerja bersama anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), melalui telekonferensi di Jakarta, Senin (22/06/2020), seperti dirangkum dari laman Kemendikbud.
Baca juga: Ini Jumlah Siswa Per Kelas Bila Sekolah Memenuhi Syarat Tatap Muka
Sementara itu, lanjut Totok, masih banyak guru yang hanya memberikan penugasan mengerjakan soal-soal saja.
Jika dilihat dari cara-cara siswa belajar dari rumah, kata dia, baik di wilayah 3T maupun non-3T, sebagian besar siswa belajar dengan mengerjakan soal dari guru, sedangkan pembelajaran interaktif dilakukan kurang dari 40 persen siswa.
Hal ini, lanjut Totok, dikhawatirkan akan membuat anak kehilangan konsep inti dari kurikulum yang seharusnya dikuasai lebih dulu.
Namun, kata dia, cukup banyak siswa yang juga memanfaatkan belajar melalui televisi, buku, maupun sumber belajar lainnya.
Sebagai salah satu cara membuat belajar dari rumah lebih bermakna, Kemendikbud akan segera menyediakan modul-modul yang memudahkan anak yang terpaksa belajar sendiri atau minim panduan dari guru.
Baca juga: Nadiem: 94 Persen Siswa Masih Harus Belajar dari Rumah di Tahun Ajaran Baru