KOMPAS.com - Salah satu tanaman yang dibudidayakan para petani di Indonesia adalah padi. Mendekati musim panen, para petani harus mencegah burung yang akan memakan bagian dalam padi.
Biasanya para petani menggunakan cara tradisional untuk mencegah burung memakan padi dengan membuat alat sederhana menggunakan kaleng dan tali.
Cara kerjanya juga masih manual dengan menarik senar agar kaleng mengeluarkan suara gaduh yang bertujuan mengusir burung agar tidak mendekat.
Baca juga: Mahasiswa, Kenali 4 Hormon Bahagia dan Cara Meningkatkannya
Namun alat tradisional ini memiliki kelemahan yakni petani harus menarik alat itu terus menerus. Pada saat petani tidak pergi ke sawah, tidak ada yang mengoperasikan alatnya.
Hal ini menginspirasi mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) untuk membuat pengusir burung tenaga surya dengan cara kerja secara otomatis memanfaatkan energi matahari.
Para mahasiswa yang terlibat dalam inovasi ini yakni Wolly Dwi Parma dan Chalik Nopa Saputra prodi Pendidikan Teknik Otomotif, Nadya Putri Kurniasari prodi Pendidikan Teknik Elektro, Sintya Marissa prodi Pendidikan Teknik Sipil serta Sherly Hariyanti prodi Pendidikan Kimia.
Baca juga: Beasiswa Pelangi untuk Siswa SMA/SMK/MA Jabodetabek, Buruan Daftar
Menurut Wolly Dwi Parma, pembuatan alat ini berdasarkan keprihatinan atas kelelahan petani dalam mengusir burung menggunakan metode manual dengan kaleng dan tali.
"Petani cukup duduk tenang saat mengoperasikannya dan tidak perlu memindahkan alat ini secara manual sekaligus hemat energi," ujar Wolly seperti dikutip dari laman UNY, Jumat (6/8/2021).
Wolly menerangkan, alat ini dirancang untuk membantu para petani di wilayah Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam memberantas hama burung dan menggunakan panel surya untuk menghasilkan energi baterai.
Chalik Nopa Saputra menambahkan, bahan yang dibutuhkan dalam membuat alat ini yaitu Arduino Uno, servo torsi, baterai, lonceng, panel surya dan adaptor.
Sementara itu, anggota tim lainnya Nadya Putri Kurniasari menjelaskan, perakitan alat ini diawali dari membuat script Arduino uno dengan pemograman proteus yang dibuat pada perangkat PC.
"Setelah script dibuat, upload sistem ke Arduino uno dengan menggunakan kabel data," terang Nadya.
Baca juga: Ditjen Dikti Buka Beasiswa Studi Doktor di Luar Negeri, Ini Syaratnya
Proses pembuatan selanjutnya membuat rangkaian kabel sesuai dengan posisi progam yang dibuat. Pasangkan kabel panel surya pada baterai. Daya baterai akan mengaktifkan Arduino uno yang diprogram juga akan membangkitkan daya pada servo.
Sherly Hariyanti memaparkan cara kerja alat ini, yakni panel surya akan menangkap sinar matahari yang menjadi alat utama pengisian pada baterai sumber tegangan pada arduino dan servo.
"Ketika tombol on dinyalakan, arduino akan menggerakkan servo yang telah diprogram," imbuh Sherly.
Servo kemudian akan menggerakkan tali yang sudah terpasang pada sawah dengan diberi sebuah lonceng. Dari gerakan tali tersebut akan menghasilkan sebuah suara yang bisa membuat burung menjauh.
Alat ini membantu para petani agar mudah dalam mengusir hama burung dengan tidak memerlukan tenaga dan waktu berlebih.
Sherly menambahkan, pembuatan alat ini membutuhkan dana sekitar Rp 2,6 juta dimana anggaran terbesar ada pada pembelian panel surya dan adaptornya.
Baca juga: Siswa, Pahami Risiko Penularan Covid-19 di Tempat Makan
Karya ini berhasil meraih penghargaan International Invention Competition for Young Moslem Scientists 2021 di Bandung belum lama ini. Hal ini juga sesuai dengan agenda pembangunan berkelanjutan UNY dalam bidang pendidikan berkualitas dan ketahanan pangan untuk mengakhiri kelaparan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.