KOMPAS.com - Umumnya, usia 16 tahun masih sekolah di SMA/sederajat. Tetapi, lima anak baru gede (ABG) berusia 16 tahunan ini menjadi mahasiswa di Universitas Jember (Unej).
Tahun akademik 2021/2022 ini, Unej menerima sebanyak 7.644 mahasiswa baru. Terdiri dari 7.062 mahasiswa jenjang sarjana, dan 582 mahasiswa jenjang diploma.
Adapun kelima mahasiswa baru yang berusia 16 tahunan itu ialah:
Baca juga: Sabun Kertas Berbahan Alami Ini Karya Mahasiswa UNS
Melansir laman Unej, Senin (20/9/2021), seperti ini kisah perjuangan mereka yang masih belia tetapi sudah menyandang sebagai mahasiswa.
Menurut Paramitha Kartika Dewi, dia merasa belajarnya tak ada yang istimewa ketika ditanya apa kunci suksesnya sehingga bisa diterima di Universitas Jember melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2021.
"Namun saya punya prinsip, harus bisa sejajar dengan mereka yang ada di peringkat terbaik di sekolah. Caranya ya giat belajar," ujarnya dikutip dari laman Unej.
Ternyata, prestasi Paramitha memang patut dibanggakan, saat bersekolah di MTsN 2 Jember dan MAN 2 Probolinggo, dia hanya butuh waktu 2 tahun untuk menyelesaikan masing-masing sekolah karena selalu masuk di program kelas akselerasi.
Tak heran di usianya yang baru 16 tahun 6 bulan dan 23 hari sudah resmi diterima di Universitas Jember. Dan pilihannya mantap di Program Studi Pendidikan Biologi, pelajaran yang dia sukai.
Baca juga: Mahasiswa UNY Gagas Transportasi Umum Ramah Lingkungan di DIY
"Masuk ke kelas akselerasi membuat saya harus selalu siap belajar sesuatu yang baru dalam waktu cepat, Alhamdulillah, lingkungan sekolah dan keluarga saya sangat mendukung," tuturnya.
Dia sendiri juga tak canggung ketika bergaul dengan kawan-kawan sekolah yang umumnya lebih tua. Sebab, dia menjalaninya dengan apa adanya.
"Tidak ada kesulitan bergaul dengan kawan yang lebih tua, ngobrolnya tetap nyambung. Malah saya sering dibantu oleh kawan-kawan jika ada kesulitan," jelas Paramitha.
Hal serupa juga dialami M. Abdul Karim Al Hakim yang kuliah di Fakultas Kedokteran. Dia sehari-hari malah enjoy saat berteman dengan kawan-kawan yang lebih senior usianya.
"Dulu saat bersekolah di MAN 2 Kota Malang, kawan-kawan memberikan perhatian lebih kepada saya, mungkin karena dianggap adik. Malah jika saya tidak paham arti kalimat Bahasa Jawa maka kawan-kawan yang ngasih pemahaman," tuturnya.
Ini karena Hakim menghabiskan masa kecilnya di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Kini Hakim bersama keluarga tinggal di Desa Pekarungan Kecamatan Sukodono, Sidoarjo.
Tetapi, Hakim menyelesaikan SMP dan SMA secara normal. Hanya saja, dia masuk SD di usia 5 tahun.