Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Psikolog UGM Ungkap Gejala Depresi dan Cara Mencegah Orang Bunuh Diri

Kompas.com - 29/09/2021, 16:44 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kondisi pandemi Covid-19 saat ini mengharuskan masyarakat mengubah perilaku sehari-hari.

Biasanya orang bisa bebas berkumpul dan bepergian dengan bebas, namun kondisi ini mengharuskan menghindari hal itu untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Tentu dengan keadaan ini, psikis seseorang bisa rawan terkena depresi.

Melansir dari laman Universitas Gadjah Mada (UGM), dari survei yang dilakukan kepada 2.364 responden Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) pada Mei 2020 menunjukkan bahwa 69 persen responden mengalami masalah psikologis selama pandemi Covid-19

Para responden yang mengalami gangguan psikologis sebanyak 67 persen mengalami depresi, 68 persen mengalami kecemasan dan 77 persen mengalami stres pascatrauma.

Baca juga: Satoria Agro Industri Buka Lowongan Kerja Lulusan D3-S1, Ayo Daftar

Gejala depresi

Psikolog Gadjah Mada Medical Center Nopi Rosyida menerangkan, depresi ada yang disebut Major Depressive Disorder dan terdapat sembilan gejala menyertai. Dalam hal ini setidaknya ada lima gejala yang dialami dalam dua minggu yang sama.

Nopi Rosyida mengungkapkan, gejala pertama, seseorang yang berada dalam kondisi ini akan merasa tertekan pada sebagian besar waktu, hampir setiap hari. Ditunjukkan dengan perasaan sedih, kosong, dan putus asa.

Kedua, berkurangnya minat atau kesenangan secara nyata pada semua atau sejumlah besar aktivitas.

Ketiga, penurunan atau peningkatan berat badan yang signifikan padahal tidak melakukan diet atau program penambahan berat badan.

Baca juga: UKS Jadi Garda Terdepan Cegah Penyebaran Covid-19 di Sekolah

Keempat, insomnia atau hypersomnia hampir setiap hari. Dan yang kelima, agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari.

Menurut Nopi, gejala selanjutnya adalah merasa tidak berharga atau memiliki rasa bersalah berlebihan. Berkurangnya kemampuan berpikir atau berkonsentrasi, serta pikiran tentang kematian yang berulang (bukan ketakutan akan kematian).

Muncul ide bunuh diri yang berulang baik tanpa rencana atau dengan rencana yang jelas dalam bunuh diri.

"Ini kita sampaikan kepada teman-teman bukan untuk self-diagnose tetapi memberikan gambaran secara umum seperti apa depresi itu," kata Nopi.

Datang ke psikolog atau psikiater

Nopi memaparkan, jika memang merasakan hal tersebut, harus dikonfirmasi dan datang langsung ke psikolog atau ke psikiater karena bisa jadi ada beberapa gejala yang mirip, tetapi bisa jadi bukan depresi namun gangguan lain.

Nopi mengungkapkan, keadaan depresi merupakan salah satu penyebab keinginan untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri. Pertolongan pertama pada bunuh diri dapat dimulai dengan diri sendiri.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau