Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keren, Universitas Pertamina Ubah Sampah Plastik Jadi BBM

Kompas.com - 11/12/2021, 14:51 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 tak hanya memengaruhi kebiasaan masyarakat, termasuk memengaruhi jumlah sampah plastik.

Sejak diberlakukannya pembatasan sosial misalnya, aktivitas berbelanja di supermarket mulai berkurang. Kini, masyarakat lebih memilih berbelanja secara daring melalui e-commerce atau aplikasi pesan-antar.

Survei yang dilakukan Pusat Penelitian Oseanografi LIPI pada April hingga Mei 2020 menyebutkan, selama pandemi kegiatan belanja online naik hingga 62 persen.

Celakanya, 96 persen pengemasan produk menggunakan bahan yang mengandung plastik, seperti kantong kresek, bubble wrap dan selotip.

Baca juga: 5 Beasiswa S1-S3 dengan Uang Saku Terbesar, Salah Satunya dari Indonesia

Bahkan, sampah dari pembungkus tersebut lebih banyak jumlahnya jika dibandingkan dengan kemasan produk yang dibeli. Pemprov DKI Jakarta mengatakan, selama pandemi komposisi sampah plastik meningkat hingga 21 persen dibandingkan tahun 2018.

Selain bersifat tidak dapat diuraikan secara biologi (non-biodegradable), sampah plastik juga berbahaya bagi kesehatan.

Dosen Program Studi Kimia Universitas Pertamina, Nona Merry Merpati Mitan mengatakan, plastik diperkirakan baru dapat terurai dengan sempurna setelah 100 hingga 500 tahun.

"Karenanya, sampah plastik sangat berpotensi untuk mencemari tanah, air, laut, bahkan udara. Selain itu, bahan kimia yang terdapat dalam plastik juga berisiko memicu berbagai penyakit berbahaya seperti kanker,” ungkap Merry dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Sabtu (11/12/2021).

Kepeduliannya terhadap timbulan sampah plastik, membuat Merry bersama tim yang beranggotakan para dosen yaitu Mega Mutiara Sari (dosen Program Studi Teknik Lingkungan) dan Sri Hastuty (dosen Program Studi Teknik Mesin), serta para mahasiswa Universitas Pertamina, menggagas kegiatan pengolahan sampah plastik di lingkungan sekitar kampus.

Baca juga: Kemendikbud Buka Beasiswa Kuliah Merdeka Belajar, Mahasiswa Yuk Daftar

“Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa alternatif solusi untuk mengolah sampah plastik. Misalnya, menjadikannya kerajinan tangan, bahan bangunan, dan lain-lain. Sebagai kampus yang fokus pada pengembangan energi, kami menawarkan solusi pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar bensin (BBM),” ujar Merry.

Tim menerapkan teknologi daur ulang sampah plastik dengan metode pirolisis. Teknik ini merupakan teknik sederhana dengan cara memanaskan sampah plastik dengan kondisi minim oksigen.

Pirolisis sampah plastik, khususnya jenis polietilen dan polipropilen, akan menghasilkan fraksi cair yang sifatnya mendekati fraksi bensin. Hal ini disebabkan karena kedua jenis plastik tersebut terbuat dari minyak bumi.

Ayu Silvia Fitri, mahasiswa Program Studi Kimia Universitas Pertamina, mengaku senang dapat berpartisipasi dalam proyek tersebut.

“Selain bisa mempraktikkan secara langsung teori yang diajarkan di kelas, saya juga jadi terbiasa untuk bekerja dalam tim. Proyek ini turut serta melibatkan dosen dan mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu, yakni Kimia, Teknik Lingkungan dan Teknik Mesin. Sehingga, pendekatan yang digunakan untuk menganalisa masalah juga berbeda. Rasanya, seperti berada di iklim dunia kerja profesional,” tutur Ayu.

Baca juga: BCA Buka Magang Bakti bagi Lulusan SMA-SMK, D1-D3 dan S1, Yuk Daftar

Selain berpotensi mengurangi timbulan limbah, konversi sampah plastik menjadi BBM ini, lanjut Merry, juga akan berpotensi mengakselerasi target capaian bauran energi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com