KOMPAS.com - Belakangan ini, fenomena perundungan atau bullying marak terjadi di kalangan pelajar. Maraknya kasus perundungan menjadi sebuah permasalahan mendesak yang harus segera ditangani oleh semua pihak.
Sebab, bullying yang menimpa anak bisa berdampak serius bagi perkembangan fisik dan emosional diri anak. Anak bisa mengalami permasalahan kesehatan mental, depresi, hingga menyebabkan penurunan prestasi di sekolah.
Baca juga: Pakar Pendidikan Finlandia: Ajarkan Anak PAUD Keterampilan Sosial Ketimbang Akademis
Melansir UNICEF, bullying merupakan suatu perilaku berulang yang dilakukan satu kelompok atau individu untuk merendahkan dan menyakiti pihak lain baik secara fisik, verbal, maupun psikologis.
Bullying sendiri tidak hanya dapat terjadi di lingkungan nyata, tetapi juga bisa terjadi di ranah online.
Anak-anak yang melakukan perbuatan ini biasanya berasal dari status sosial atau posisi kekuasaan yang lebih tinggi, misalnya anak-anak yang lebih besar, lebih kuat, atau dianggap populer.
Sedangkan, anak-anak yang paling rentan menghadapi resiko terkena bullying merupakan anak-anak dari komunitas terpinggirkan. Misalnya, anak dari keluarga kurang mampu, penyandang disabilitas, dan lain sebagainya.
Langkah pertama yang dapat dilakukan oleh orang tua yaitu mengajak anak untuk mengetahui bullying. Penting bagi orang tua untuk memberikan pemahaman kepada anak tentang apa itu bullying dan mengapa perilaku ini tidak dapat diterima.
Jelaskan juga kepada mereka tentang tindakan yang termasuk bullying.
Dengan mengetahui hal ini, anak bisa mengidentifikasi perilaku ini dengan mudah, baik yang terjadi pada dirinya sendiri atau kepada orang lain.
Baca juga: Remedy, Aplikasi Terapi bagi Korban Bullying Karya Mahasiswa Unair
Membuka komunikasi yang baik dengan anak adalah langkah selanjutnya dalam mencegah bullying. Anak harus merasa nyaman untuk berbicara tentang pengalaman atau masalah yang mereka hadapi.
Semakin sering orang tua bicara kepada anak tentang bullying, anak akan semakin merasa nyaman untuk memberi tahu apakah mereka mengalami atau melihatnya.
Tanyakan aktivitas anak di sekolah setiap harinya, lalu tanyakan juga perasaan mereka di hari itu.
Baca juga: Rapor Pendidikan 2022-2023, Nadiem: 24,4 Persen Siswa Alami Bullying
Terdapat tiga kelompok yang terlibat dalam situasi bullying: korban, pelaku, dan orang-orang di sekitarnya.
Walaupun anak Anda tidak berada dalam posisi korban, mereka memiliki peran penting dalam mencegah bullying dengan menunjukkan sikap inklusif, menghargai, dan saling empati terhadap teman sebaya mereka.
Baca juga: Redam Bullying, Kemendikbud Fokus Cegah 3 Dosa Besar Pendidikan
Bahkan ketika mereka menyaksikan fenomena ini terjadi, mereka dapat mengambil sikap untuk membela korban, memberikan dukungan, atau bahkan mengajukan pertanyaan terhadap perilaku bullying tersebut.