Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ponpes "Senin-Kemis" Terima Santri Gay dan Lesbian

Kompas.com - 15/11/2008, 17:29 WIB

YOGYAKARTA - Para santri Pondok Pesantren (Ponpes) Senin-Kamis di Notoyudan, Kecamatan Ngampilan, Yogyakarta, ini boleh dibilang 'bukan santri biasa'. Sebab, ponpes tersebut  memang khusus untuk kaum waria. Selain menerima santri-santri waria, ponpes yang sehari-hari dipimpin Ibu Maryani (48 tahun), tersebut juga menampung kaum gay dan lesbi.

Ditemui di ponpes sekaligus salon kecantikan dan rias pengantin 'Ariyani' ini, Jumat (14/11) siang, Maryani menjelaskan, sejak didirikan 8 Juli 2008 lalu, rata-rata ada 10-25 orang yang nyantri di sana, datang dari Kota Yogyakarta dan sekitarnya. Dari jumlah itu, tercatat ada tiga perempuan lesbian dan empat pria gay yang ikut nyantri.

"Setahu saya, pondok pesantren khusus waria yang ada di Indonesia ya baru pesantren kami ini. Memang khusus waria tapi juga menerima kaum lesbi dan gay. Sebab, menurut saya, seperti halnya waria, lesbi itu perempuan tapi berjiwa laki-laki sedangkan gay itu laki-laki berjiwa perempuan," kata Maryani, yang mengenakan pakaian muslim warna hitam dipadu jilbab warna senada.

Salah satu gay yang menjadi santri di sana adalah pemilik Hotel Islam yang berlokasi di Jalan Maliboro, Jogjakarta. "Panggilannya Mak Ukik," ungkap Maryani seraya menambahkan bahwa keberadaan Mak Ukik sebagai gay sudah diketahui banyak orang dan tak dipersoalkan keluarga.

Menurut Maryani, semua santrinya --termasuk yang gay dan lesbian-- sekarang nyantri hanya pada hari Minggu petang sampai Senin malam. Hal ini menyesuaikan dengan kesibukan dan keinginan para santri ponpes di Notoyudan GT II/1294 RT 85 RW 24 tersebut.  

"Dulu, kegiatan pesantren dilakukan setiap Senin dan Kamis, karena itulah pesantren ini dinamakan Senin-Kamis. Alasan pemilihan nama Senin-Kamis juga karena hari Senin dan Kamis itu biasanya digunakan oleh orang Jawa untuk bertirakat atau beribadat, misalnya puasa," jelasnya.

Karena sekarang kegiatan ponpes hanya berlangsung mulai hari Minggu petang sampai Senin malam, maka selain dua hari itu ponpes tersebut relatif sepi. Tak ada aktivitas apa-apa, seperti saat Surya dua kali datang ke sana, Jumat (14/11) pagi dan siang. "Kalau ada pelanggan salon datang, baru ramai. Biasanya salon saya ramai kalau pas musim pengantin," papar Maryani.

Adapun para santri di Ponpes Senin-Kamis dibimbing oleh 25 ustadz yang datang dari berbagai tempat di Jogjakarta, antara lain Ustdaz Heri Banaran, Ustadz Heri Gunungkidul, dan Ustadz Andi. Mereka datang ke sana atas perintah KH Hamrolie Harun, pendiri dan pengasuh utama Pengajian Mujahadah Al Falah Yogyakarta.

Nama terakhir itu memang berperan besar di Ponpes Senin-Kamis. Menurut Maryani, inspirasi untuk mendirikan ponpes khusus waria bermula dari kegiatannya mengikuti pengajian di tempat KH Hamrolie Harun saat masih berlokasi di kawasan Pathuk, Yogyakarta, sekitar 10 tahun lalu.

"Waktu itu yang hadir biasanya sekitar 100 jamaah. Dari jumlah itu, hanya saya yang waria, atau jamaah waria tunggal. Saya senang karena saya diterima di pengajian itu. Para jamaah tak mempersoalkan meski saya waria," kenang waria yang hanya lulusan SD tapi cara berbicaranya tidak  kalah dengan orang berpendidikan tinggi.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau