Beberapa saat setelah aktif mengikuti pengajian KH Hamrolie Harun, Maryani --yang kala itu masih tinggal di Kampung Surakarsan-- berinisiatif menggelar pengajian di rumahnya. Pengajian umum, bukan khusus waria. Rata-rata jamaah umum yang hadir 50 orang. Sedangkan waria yang ikut datang hanya satu-dua orang.
Pengajian setiap malam Rabu Pon ini berlangsung lancar. Sampai kemudian, saat terjadi gempa di Jogjakarta dan sekitarnya, 27 Mei 2006, Maryani yang sudah bermukim di Noyoyudan tergerak untuk mengundang para waria dari berbagai kota --antara lain Surabaya, Semarang, Solo, Madiun dan Ponorogo-- untuk diajak doa bersama. Saat itu hadir sekitar 30 waria.
"Setelah doa bersama di tempat saya, saya mengajak mereka mendatangi beberapa waria yang menjadi korban gempa, dan memberikan bantuan semampu kami," kata Maryani.
Sesudah itu, waria yang pernah menjadi ketua Ikatan Waria Yogyakarta (Iwayo) --organisasi ini sekarang tidak aktif-- tersebut menyelenggarakan pengajian khusus waria, juga pada setiap hari malam Rabu Pon. Waria yang datang rata-rata antara 15-20 orang. Mereka berasal dari berbagi kalangan dan profesi, seperti pekerja salon, pengamen dan 'pekerja malam'.
Mengetahui minat kaumnya ikut pengajian cukup tinggi, Maryani kemudian mendatangi KH Hamrolie Harun, menyatakan hendak mendirikan sebuah ponpes khusus waria sekaligus minta bantuan sang kiai. Gayung bersambut, KH Hamrolie Harun bersedia memberi bantuan dalam bentuk mengirim para ustadz alias pengajar, yang berjumlah 25 orang.
"Beliau memang punya perhatian besar, dan kadang-kadang juga hadir ke sini saat ponpes ada kegiatan. Tidak rutin. Mereka yang rutin datang ya 25 ustadz yang dikirim KH Hamrolie Harun, bergantian sesuai jadwal masing-masing," paparnya.
Rincian kegiatan
Apa saja materi kegiatan yang diikuti oleh para santri waria di ponpes tersebut? Maryani menjelaskan, kegiatan ponpes dimulai pada Minggu pukul 17.30 WIB dengan salat magrib. Setelah itu, sepanjang Minggu sampai Senin subuh, mereka menjalani berbagai kegiatan seperti zikir kesehatan dan zikir ekonomi, membaca Salawat Nariyah 100 kali, salat tahajud, dan makan sahur. Kegiatan ini dipungkasi dengan olahraga pada Senin pukul 05.00 WIB.
Kemudian, kegiatan Senin diawali pada pukul 08.00 WIB dengan salat Dhuha delapan rekaat, dua rekaat salam. Rangkaian aktitivas yang dilakukan pada Senin, antara lain, belajar membaca Alquran dan belajar salat (bagi yang belum bisa), membaca tasbih 500 kali, dan berbuka puasa. Kegiatan Senin dipungkasi pada pukul 19.30 WIB, saat para santri pulang ke tempat masing-masing.
"Para santri tidak harus mengikuti kegiatan secara penuh. Boleh mengambil sebagian kegiatan sesuai kemampuan masing-masing," jelas Maryani.