Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sukarlik dan Anak Berkebutuhan Khusus

Kompas.com - 14/03/2009, 03:11 WIB

”Saya baru tahu jika apa yang dilakukan sekolah kami sebenarnya juga ingin dilakukan pemerintah pusat. Namun, program itu tak berhasil. Program itu dinamakan sekolah inklusi. Mendengar itu, saya lega. Saya bersyukur Tuhan menunjukkan, apa yang saya lakukan itu betul,” ujar nenek tiga cucu ini.

Program pemerintah yang mengembangkan dan mendukung sekolah inklusi membuat semangat Sukarlik makin kuat. Ia lalu mengajak sekolah negeri lain untuk membuka pendaftaran bagi ABK. Kini sudah 17 sekolah swasta dan negeri yang menjadi sekolah imbas SDN Klampis Ngasem I-246.

”Saya senang karena anak-anak berkebutuhan khusus yang tadinya cuma ingin ke sekolah kami sudah bisa ke sekolah yang dekat rumah. Ini terutama anak-anak dari keluarga tak mampu. Mereka bisa sekolah gratis karena didukung pemerintah,” katanya.

Penolakan

Tumbuhnya keinginan Sukarlik melayani ABK karena miris melihat perlakuan tak adil yang diterima ABK. Dalam keluarganya, anak kakaknya yang berkebutuhan khusus tak bisa sekolah karena miskin.

Di perkampungan nelayan tempat dia mengajar, Sukarlik melihat anak down syndrome diolok-olok sebagai orang gila. Ia yang saat itu menjadi Kepala SDN Kejawan Putih, Tambak, Surabaya, mencoba memasukkan anak nelayan itu ke SLB yang dikelola yayasan dokter.

”Namun, anak itu ditolak karena enggak mampu bayar. Bagaimana mau memikirkan uang sekolah, untuk makan saja keluarganya sudah susah. Saya marah dan kecewa,” katanya.

Dia lalu membulatkan tekad mengajar tiga anak nelayan down syndrome itu. Ia pernah punya pengalaman mengajar di panti milik Romo Yansen di Malang. Sukarlik mengajari mereka dibantu seorang guru yang berlatar belakang pendidikan luar biasa di ruangan kepala sekolah.

ABK diajak bersosialisasi dengan anak-anak reguler. Ketika pelajaran seni atau olahraga, ABK belajar bersama anak-anak lain. Lambat laun makin banyak ABK dari keluarga miskin yang mendaftar, sampai 47 anak.

Keberadaan ABK di sekolah reguler lalu mendapat simpati dari banyak pihak. Bantuan mengalir ke sekolah Sukarlik dengan beragam program.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau