”Mereka melihat anak berkebutuhan khusus membawa keberuntungan, di mana anak lain juga bisa merasakan bantuan dari banyak pihak. Semua warga sekolah bisa menerima sekolah yang membaurkan anak-anak berkebutuhan khusus dan reguler,” ujarnya.
Ia sadar tak mudah membuat masyarakat mau memperlakukan ABK dengan baik. Ia mengadakan pendekatan kepada anak-anak, orangtua, dan para guru.
Kepada anak normal, ia mengatakan, ”Berbahagialah kamu, bersyukurlah enggak seperti dia. Kalau kamu membantu teman yang berkebutuhan khusus, Tuhan memberi pahala.”
Hal senada juga dikatakan Sukarlik saat menyapa orangtua siswa yang tengah menunggu anaknya. Semua orangtua ingin anaknya cantik, ganteng, dan pintar. ”Orangtua saya ajak bersyukur. Mereka jadi tersentuh dan mau menerima anak-anak berkebutuhan khusus berbaur dengan anak mereka,” katanya.
Para guru yang harus berhadapan dengan ABK juga dipompa semangatnya. ”Kalau Anda membuat anak normal atau anak orang kaya bisa pintar, itu biasa. Namun, kalau Anda membuat pintar anak berkebutuhan khusus atau anak orang miskin, Tuhan akan memberi pertolongan. Jangan takut miskin,” katanya meyakinkan para guru.
Sukarlik yakin setiap anak itu punya potensi. Mereka hanya perlu dibantu. Terbukti, ABK dari SDN Klampis Ngasem I-246 bisa mandiri dan tak canggung bersosialisasi dengan siapa saja.
Ada siswa tunarungu menjadi peragawati. Ada siswa yang lambat belajar dan sampai kelas III SD belum bisa membaca kemudian dapat menjadi perias yang mewakili Jatim dan meneruskan kuliah di IKIP.
”Saya bersyukur sekolah inklusi mulai berkembang. Saya enggak dikejar-kejar (lagi), lega dan bahagia,” ujarnya.
Sukarlik berharap fasilitas di SDN Klampis Ngasem I-246 Surabaya bisa lebih baik. Ia ingin di sekolahnya ada ruang identifikasi dan ada kolam renang, terutama untuk siswa autis.
”Saya tak bisa mengharapkan bantuan dari orangtua siswa, sulit sekali, karena mereka tak mampu. Namun, saya ingin anak-anak berkebutuhan khusus dari keluarga tak mampu sekalipun bisa terlayani dengan baik,” katanya.
Tahun 2009 Sukarlik memasuki usia pensiun. Namun, dia diminta untuk tetap membimbing pengembangan sekolah inklusi di Surabaya. Permintaan yang tak mungkin ditolaknya....