”Kami ingin menambah lokasi-lokasi pelayanan, tetapi tidak mampu menyediakan guru-guru,” kata Suhartinah.
Ribuan anak TKI lainnya, lanjut Nadjamuddin, mendapatkan pengajaran di tempat-tempat belajar yang diselenggarakan Humana Child Aid Society. ”Namun, pendidikannya tidak berdasarkan pada kurikulum Indonesia sehingga bisa dimaklumi ketika ada anak-anak tidak mampu menjawab soal-soal UNPK Paket A,” katanya.
Firdaus mengatakan, untuk memperluas pelayanan kepada anak-anak TKI, LSM memerlukan guru-guru dan prasarana. Perusahaan bisa dibujuk agar mau memberikan sejumlah bangunan untuk tempat belajar anak-anak TKI.
”Masalah utama ialah mendatangkan guru-guru dan memenuhi semua kebutuhannya termasuk honor dan pengadaan buku-buku untuk anak-anak,” kata Firdaus.
Guru-guru harus didatangkan dari Indonesia. Begitu juga buku-buku pelajaran harus didatangkan dari Indonesia agar tidak berbeda dengan kurikulum nasional.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.