Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Betapa Susahnya Saya Cari Sekolah

Kompas.com - 20/11/2009, 10:05 WIB

Namun, setelah Mama memberitahu kondisi pendengaran saya, pihak sekolah mulai ragu-ragu. Memang, ada beberapa sekolah yang secara terang-terangan menolak. Tetapi, ada juga yang menyatakan keberatannya secara halus.

Ada saja alasan sekolah-sekolah itu untuk mengatakan tidak pada saya. Saya tidak boleh masuk sekolah umum, tetapi dianjurkan masuk SLB. Pendeknya, saya dianggap tidak mampu dan hanya akan menjadi beban di sekolah umum.

Kiranya, butuh waktu, tenaga dan usaha keras, sebelum akhirnya Mama menemukan sekolah yang mau menerima saya dengan lapang dada. Mama bilang, "Butuh waktu hampir 2 tahun untuk mencari SD yang mau menerimamu".

Ada saatnya, Mama hampir putus asa dan menyuruh saya menunjukkan kebolehan saya. Saya disuruh mama membaca keras di depan mereka, disuruh menerima telepon hanya sekadar untuk menunjukan, bahwa saya memang bisa mendengar. Bahkan, ditanya beberapa kosa kata dalam Bahasa Inggris, dan lain-lain. Tapi, toh, mereka tetap saja kukuh pada pendiriannya; tidak menerima saya untuk bersekolah di sana.

Menjelang lulus TK B, Mama menerima kabar, ada sekolah yang tidak mempersoalkan kondisi saya. Sekolah tersebut memberi kesempatan bahwa siapapun yang lulus tes kepribadian dan kemandirian akan diterima menjadi siswa.

Dengan penuh percaya diri, Mama mendaftarkan saya. Beberapa hari kemudian, kami sekeluarga bersyukur setelah mendapat kabar bahwa saya berhasil diterima. Ya, saya diberi kesempatan oleh sekolah itu.

Lalu, apa yang terjadi kemudian? Apakah saya mengalami kesulitan di sana? Ya, saya akui, ketika di awal bersekolah, saya agak kesulitan menyerap pelajaran dan dalam bersosialisasi dengan teman sebaya. Karena, terkadang guru-gurunya terlalu cepat menerangkan suatu pelajaran. Situasi kelas agak ribut, sehingga saya harus ekstra konsentrasi untuk mendengarkan guru. 

Teman-teman juga menganggap saya aneh. Itu karena melihat ada alat bantu dengar di telinga kanan saya.

Seiring perjalanan waktu, akhirnya teman-teman saya mulai mengerti dan mau menerima saya. Bahkan, mereka mau membantu apabila saya mengalami kesulitan.

Hari ke hari, saya semakin menikmati sekolah saya. Saya berhasil meraih beberapa prestasi di sekolah. Dalam pelajaran sains, saya selalu mendapat nilai tertinggi, sampai akhirnya dijuluki "professor sains" oleh teman-teman saya.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau