Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesona dan Misteri Bromo Tengger Semeru

Kompas.com - 17/07/2010, 03:18 WIB

Anwar Hudijono dan Dahlia Irawati

Alkisah, Pulau Jawa terombang-ambing bagaikan daun padi diempas ombak. Untuk itu, para dewa sepakat memantek pulau ini dengan memenggal puncak Gunung Meru di Hindia. Untuk membawanya, Dewa Brahma berubah menjadi kura-kura raksasa, sedangkan Dewa Wisnu berubah menjadi ular untuk mengikat gunung itu.

Selanjutnya Kitab Tantu Panggelaran yang ditulis pada pertengahan abad XV tanpa identitas penulisnya menceritakan, mulanya puncak gunung itu diletakkan di sebelah barat Pulau Jawa. Akibatnya, bagian timur pulau tersebut njomplang dan patah. Lantas dipindah ke bagian timur. Dalam perjalanan, gunung itu berceceran menjadi gunung-gunung di Jawa, seperti Lawu, Kelud, Kawi, Welirang, dan Arjuna.

Saat diletakkan, posisinya miring akibat bagian bawahnya tidak rata karena sempal. Maka diganjallah dengan Gunung Bromo. Sejak dipantek itulah Pulau Jawa tenang. Di kalangan pemeluk Hindu, kedua gunung itu dipandang suci.

Gunung Semeru (3.676 meter di atas permukaan laut/mdpl) merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa dan sangat aktif. Gunung Bromo (2.392 mdpl) juga aktif dan meletus terakhir tahun 2004. Keduanya berada dalam satu kawasan dengan Pegunungan Tengger, yaitu deretan gunung antara lain Widodaren, Watangan, Kursi, Sepolo, dan Ayeg-ayeg. Kawasan itu ditetapkan menjadi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) tahun 1982.

Kawasan TNBTS seluas 50.276 hektar secara administratif pemerintahan masuk empat kabupaten, yaitu Malang, Lumajang, Pasuruan, dan Probolinggo. Suhu udara 2-20 derajat celsius. Ketinggiannya 750-3.676 mdpl.

TNBTS memiliki kekayaan yang luar biasa. Pohon-pohon besar berusia ratusan tahun, cemara gunung, edelweis, anggrek hutan, serta rumput dan bunga langka. Ada juga 137 jenis burung, 22 jenis mamalia, 4 jenis reptilia, termasuk binatang langka yang dilindungi seperti kera ekor panjang. Ada pula ekokultural atau ekospiritualisme.

Kepala TNBTS Sutrisno mengatakan, selain sebagai konservasi, TNBTS akan terus dikembangkan menjadi kawasan wisata. Tiap tahun jumlah wisatawan naik rata-rata 20 persen. Selama ini baru Gunung Semeru untuk wisata pendakian serta Gunung Bromo, yang kesohor sampai mancanegara, yang dikenal sebagai obyek wisata.

Subkultur Tengger

Berbicara TNBTS tidak hanya bicara kekayaan flora, fauna, dan ekologi yang luar biasa, tetapi juga masyarakat Tengger, yaitu masyarakat asli, turun-temurun yang menghuni kawasan Tengger. Mereka tersebar di lebih dari 20 desa di Kecamatan Tosari dan Puspo (Kabupaten Pasuruan), Ngadisari dan Sukapura (Kabupaten Probolinggo), dua desa di Kabupaten Malang, serta Desa Ranu Pani di Kabupaten Lumajang. Tapi, belum ada data valid tentang jumlah mereka karena sebagian sudah berbaur dengan subkultur lain. Di kalangan mereka berkembang agama Hindu, Islam, Kristen, dan Buddha. Banyak juga yang menyebut masyarakat Tengger dengan ”suku” Tengger.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau