Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membangun Asa di Daerah Tertinggal

Kompas.com - 05/07/2011, 02:41 WIB

Keinginan itu tidak hanya berhenti dalam hati atau sekadar wacana, tetapi Ruslan juga segera memulai jalan untuk mewujudkannya. Selama dua tahun, dia sengaja menimba ilmu sebagai guru di beberapa sekolah di Tasikmalaya, seperti di Madrasah Tsanawiyah Negeri Salawu dan Madrasah Tsanawiyah Al Azis Salawu.

Setelah Ruslan merasa memiliki cukup bekal untuk mengajar, dia kemudian memberanikan diri untuk membuka program Kejar Paket B lewat jenjang Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) pada 2003. Dia memilih PKBM karena PKBM dinilai paling sesuai dengan kemampuan ekonomi, kebutuhan, dan waktu yang dimiliki penduduk Desa Sundawenang.

Namun, karena tidak ada kuota di PKBM Desa Sundawenang, Ruslan lalu meminta pengalihan kuota dari PKBM minim peminat, yakni PKBM Al Adnan di Kota Tasikmalaya.

”Saat itu kuota 20 orang di PKBM Al Adnan di Kota Tasikmalaya tidak ada peminatnya. Saya meminta izin mengambil kuotanya untuk Desa Sundawenang karena yakin peminat di sini sangat tinggi,” cerita Ruslan.

Dugaan Ruslan tidak meleset. Saat pertama kali dibuka, sebanyak 31 warga Kampung Cibuleud yang umumnya berusia 20-30 tahun mendaftarkan diri. Tidak hanya warga dari Kampung Cibuleud, tetapi warga kampung lain, seperti Jahiang dan Cicantayan yang berjarak 2 kilometer hingga 5 kilometer dari lokasi pendidikan itu, juga turut mendaftar. Tiga tahun berjalan, peminatnya mencapai 350 orang atau yang terbesar di Jawa Barat.

Besarnya minat masyarakat mengikuti PKBM mendorong Ruslan mengubah PKBM menjadi SMP Al Madaniah pada 2007. Ini sekaligus menjadi SMP yang pertama di Desa Sundawenang.

Semua biaya pendidikan di SMP tersebut digratiskan. Sekolah itu juga menjadi tempat anak-anak di pedalaman Kabupaten Tasikmalaya melanjutkan pendidikannya selulus SD. Dengan alasan yang sama, tiga tahun kemudian Ruslan menggagas terbentuknya SMK Pertanian Al Madaniah.

”Mimpi saya perlahan-lahan terwujud. Sengaja kami mengambil bidang pertanian karena mayoritas warga (di Desa Sundawenang) mata pencariannya sebagai petani,” kata Ruslan.

Perhatian

Meski berniat baik, kiprah Ruslan tersebut tidak lepas dari nada sumbang. Sebagian kalangan sempat meragukan eksistensi SMP Al Madaniah. Seorang pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya, misalnya, mengatakan bahwa dua bangunan semipermanen SMP Al Madaniah adalah kandang bebek.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com