Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kualitas Guru, Persoalan Internasional

Kompas.com - 21/09/2011, 03:10 WIB

Guru yang baik bisa menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan, kreatif, fleksibel, reflektif, dan memenuhi kebutuhan siswa.

Berdasarkan survei Bank Indonesia pada Desember 2009 terhadap 930 guru non-S-1 dan 570 guru bergelar S-1 di 240 sekolah dasar terbukti bahwa guru yang bergelar S-1 memiliki kualitas lebih baik daripada guru non-S-1. Menyadari hal itu, Korea Selatan, Finlandia, Singapura, dan Jepang sejak lama telah mensyaratkan guru untuk memiliki gelar minimal S-1.

”Ada hubungannya antara kualifikasi guru dan hasil belajar siswa. Meski demikian, kualitas pelatihan guru juga menentukan,” kata Mae Chu Chang.

Jeradechakul menambahkan, indikator kualitas sekolah bisa dilihat dari perilaku guru di ruang kelas. Untuk memperoleh guru yang berkualitas, perlu diperhatikan status guru, proses perekrutan, penugasan, pelatihan, dan insentif.

Konsultan Teachers for EFA, Hans Scheerer, menilai, Indonesia masih memiliki banyak guru dengan kualifikasi yang rendah.

Sampai 2010, jumlah guru di Indonesia yang memenuhi kualifikasi S-1/D-4 baru mencapai 58,2 persen dan yang telah memperoleh sertifikasi sebanyak 34,4 persen dari total sekitar 2,7 juta guru.

Anggaran

Di Asia Barat dan Selatan, anggaran pemerintah untuk pendidikan relatif naik, tetapi tidak stabil. Sementara di Asia Timur dan Pasifik justru menunjukkan tren menurun. Di banyak negara, porsi terbesar dari anggaran untuk pendidikan habis digunakan untuk pembayaran gaji dan tidak pada peningkatan hasil pembelajaran siswa.

Dosen Ewha Woman’s University Korea Selatan, Hye Young Chung, juga mengaku anggaran pemerintah terbesar diperuntukkan bagi gaji guru.

Untuk mendorong mutu guru di daerah terpencil, China juga mengalokasikan anggaran khusus sebesar 81 juta dollar AS bagi 1,15 juta guru (95,6 persen dari sekolah di pedesaan).

Pemberian gaji guru di Singapura tidak dilakukan sembarangan. Singapura secara ketat memantau gaji awal guru dan secara bertahap menyesuaikan gaji guru-guru baru. Setelah tiga tahun mengajar, guru akan dievaluasi secara rutin setiap tahun jalur karier mana yang lebih cocok untuk mereka, apakah menjadi guru besar, spesialis di kurikulum, peneliti, atau kepala sekolah.

Menurut Koordinator El Senior, Education and Employment, Dennis Sinyolo, evaluasi ini penting karena guru adalah profesi. Artinya, tidak semua orang bisa menjadi guru. Seseorang yang ingin menjadi guru harus menjalani pelatihan dan semua guru harus mendapat kesempatan untuk mengembangkan karier profesionalnya.

Sistem pendidikan guru seperti itulah yang sedang dilakukan Indonesia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com