Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Inovasi Datang dari SMK

Kompas.com - 13/01/2012, 03:08 WIB

Riffi Darusman, siswa kelas XII SMK Negeri 1 Budi Utomo, tak kecewa meski sekolahnya tak disertakan. Ia tetap bangga dan merasa punya kesempatan berinovasi. ”Pemerintah jangan berhenti. Kita harus punya mobnas,” kata Riffi yang mengaku tak punya waktu lagi untuk tawuran.

Fasilitas SMK Negeri 4 Rorotan lebih siap ikut program perakitan Kiat Esemka. ”Kami ditunjuk bersama 22 SMK lain karena punya bengkel laboratorium memadai,” kata Sekretaris Program Otomotif SMK Negeri 4 Rahmedi. SMK Negeri 4 mendapat jatah merakit 200 mesin terurai dan 12 mobil.

Guru Elektronik dan Industri SMK Negeri 4 Jakarta, Agus Martoyo, mengatakan, inovasi anak didiknya tak cuma merakit Kiat Esemka, tetapi juga menciptakan mesin computer numerical control milling atau mesin bubut untuk membuat onderdil kendaraan bermotor. Sebelumnya, SMKN 4 juga merakit laptop, mobil dan truk mini, sepeda motor, serta proyektor LCD.

Menurut Direktur Pembinaan SMK Ditjen Pendidikan Menengah Kemdikbud Joko Sutrisno, secara teknis tak ada kendala yang dialami SMK dalam memproduksi mobil nasional.

Sapu Angin hingga hibrida

Inovasi juga terjadi di perguruan tinggi. Eko Hardianto (22), manajer tim mobil Sapu Angin Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Jawa Timur, menciptakan embrio mobil irit bahan bakar.

Karena pemerintah tak mendukung, pengembangan Sapu Angin benar-benar tertiup angin. Padahal, Sapu Angin juara pertama kontes Shell Eco Marathon Asia di Jepang, 2011, untuk kategori mobil teririt bahan bakar.

Meski demikian, ia tak putus asa. Ia mendesain mobil lain. Mobil khusus saat jam sibuk dan jalan raya padat itu berkapasitas dua orang dan beroda tiga. Bahan bakarnya listrik atau etanol dengan mesin 200 cc dan kecepatan maksimum 90 kilometer per jam. Harga prototipe Rp 35 juta. Sayang, nasibnya sama. Donatur tak kunjung datang.

ITS juga membuat Sapu Angin 2, berbahan bakar pemutih pakaian (hidrogen peroksida/H2O2). Mobil yang dilombakan di Jerman akhir 2011 itu akhirnya hanya jadi pajangan. Lalu, Universitas Sebelas Maret Surakarta membuat Arina yang masa depannya pun belum jelas.

Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Universitas Hasanuddin, Sulawesi Selatan, Nasdi Elwan (24) dan Sastian Kiston (24), berhasil menciptakan gokar hibrida berbahan bakar bensin dan sinar matahari. Mobil yang bisa menghemat bahan bakar hingga 12,98 persen setiap 3 kilometer itu direncanakan dimodifikasi menjadi becak bermotor hibrida.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com