Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan bagi Orang Berkebutuhan Khusus

Kompas.com - 22/03/2012, 03:02 WIB

Merasa masa depan mereka tak bakal cerah jika tetap di SLB itu, tahun berikutnya Yuli dan 10 temannya memutuskan keluar dari SLB. Sebagian temannya pulang ke keluarga masing-masing. Tersisa tiga teman yang bertahan bersama Yuli dan keluarga.

Sejak saat itulah Yuli dan ketiga temannya tersebut berusaha mencari pekerjaan dari rumah ke rumah, dari pintu ke pintu. Mereka bergantung hidup dari uang hasil servis elektronik kecil-kecilan. Keterampilan itu diperoleh mereka di Panti Sosial Bina Daksa Suryatama Bangil, Jawa Timur.

Pencarian kerja tak berjalan mulus. Meski di depan pintu kantor yang mereka datangi dipasang pengumuman lowongan kerja, begitu tahu pelamarnya penyandang cacat, pengusaha yang bersangkutan menolaknya.

Pada tahun 2004 Yuli dan temannya bertemu pengusaha sulam asal Sidoarjo. Pengusaha itu memberi mereka kesempatan belajar menyulam, memberi order sulam, kemudian memperkenalkan mereka dengan dunia bisnis.

Hasil order itu membuat Yuli mampu mempekerjakan 50-an penyandang cacat dan orang normal. Namun, usaha milik pengusaha Sidoarjo itu bangkrut, kerja sama pun tak berlanjut.

Kegagalan kerja sama itu membekaskan lara mendalam bagi Yuli. Saat mencoba bangkit, ia ditipu pengusaha lain yang hanya memanfaatkannya untuk memasarkan dagangan mereka.

Setelah sempat putus asa karena kehabisan modal, Yuli dan teman- teman, dibantu beberapa orang lain, kembali bangkit. Mereka menyulam dan mengikuti pameran pada akhir 2006 dalam acara Bangil Kota Bordir (Bangkodir) I.

Sukses di pameran, Yuli dengan payung Kelompok Usaha Bersama (Kube) Anggrek memperkenalkan produk sulaman mereka pada Inacraft 2007. Tahun itu pula ia membawa produk teman-teman cacatnya hingga tiga kali pameran, dan sukses hingga kini.

Modal

”Kini bukan sulit mencari pekerjaan yang kami pikirkan. Kami kesulitan memenuhi order karena tenaga kerja kurang dan modal tidak banyak. Apalagi setiap bulan kas kami selalu minus, minimal Rp 5 juta, hanya untuk membiayai makan teman- teman,” ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com